Ahok Sebut Pertamina Masih Hitung Kerugian Kebakaran Kilang Balongan
PT Pertamina (Persero) masih menghitung angka kerugian akibat kebakaran dan meledaknya empat tangki Kilang Refinery Unit (RU) VI di Balongan.
IDXChannel - PT Pertamina (Persero) masih menghitung angka kerugian akibat kebakaran dan meledaknya empat tangki Kilang Refinery Unit (RU) VI di Balongan, Indramayu, Jawa Barat. Saat ini, kepastiang jumlah kerugian belum disampaikan manajemen kepada publik.
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, mengungkapkan perhitungan kerugian masih dilakukan oleh direksi Pertamina. "Sedang direksi hitung. Bisa ditanyakan itu," ujar Ahok saat dihubungi MNC Portal Indonesia, Rabu (31/3/2021).
Meski proses perhitungan tengah dilakukan manajemen BUMN sektor energi tersebut, perkiraan kerugian sementara mencapai ratusan miliar. Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mencatat, kerugian yang dialami Pertamina akibat terbakarnya Kilang Balongan cukup besar.
"Angka pasti saya ngak bisa jawab, karena saya ngak punya datanya. Perkiraan bisa ratusan miliar, tapi angka pasti saya ngak bisa jawab," kata Fabby saat dimintai pendapatnya.
Hitungan Fabby didasari pada jenis-jenis kerugian yang dialami Pertamina. Pertama, distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berhenti sementara. Pemberhentian produksi sendiri disebabkan empat tangki penyimpanan BBM dilalap api seperti, tangki T-301, T-301G, T301-F, dan T-301E. Secara keseluruhan ada 72 tangki di Kilang Balongan.
"Yang jelas, kalau kita menghitung kerugiannya itu, satu, kerugian akibat minyak yang terbakar. Kan itu ada empat tangki ya, yang terbakar. Ada tangki yang terbakar, maka di situ ada minyak yang siap untuk di jual atau didistribusikan. Satu kerugiannya itu," katanya.
Kedua, kerugian dari sisi infrastruktur. Usai insiden tersebut, perseroan negara itu harus menggelontorkan dana untuk pembagunan kembali empat tangki dan peralatan pendukung lain.
Ketiga, kerugian karena adanya biaya untuk melakukan pemadaman. Dana pemadaman diperkirakan cukup besar. Kemudian kerugian akubat terhentinya operasi kilang selama beberapa hari mendatang.
"Kata pertamina 5 hingga 6 hari, tapi saya memperkirakan bisa lebih daripada itu, apalagi akan ada investigasi. Sementara investigasi bisa dilakukan jika semuanya padam. Lalu butuh beberapa hari bagi polisi untuk melakukan olah TKP, selama proses itu, kilang mungkin tidak berjalan. Artinya, selama kilang tidak berjalan, maka penerimaan dari kilang akan berkurang karena tidak ada produksi," kata Fabby.
Terakhir adalah kerugian dari selisih harga biaya impor BBM. Fabby menilai, Pertamina harus melakukan impor untuk menutupi 125.000 per barel per hari. Langkah ini seiring dengan berhentinya pendistribusian minyak.
"Walau sekarang masih aman cadangan pasokan BBM, tapi ke depan kemungkinan impor, nah ada biaya tambahan impor," tutur dia. (TYO)