Airlangga Respons Positif BI Rate Turun, Sejalan dengan Inflasi RI yang Rendah
Airlangga Hartarto merespons positif langkah BI menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen. Menurutnya, hal itu sejalan dengan inflasi yang rendah.
IDXChannel - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto merespons positif langkah Bank Indonesia (BI) menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen.
Menurut dia, hal itu sejalan dengan inflasi Indonesia yang rendah dan mempertimbangkan faktor cost of fund.
"BI rate turun adalah baik sekali karena kalau kita lihat inflasi kita kan rendah 1,55. Maka memang cost of fund kalau bunganya enggak turun, ketinggian," kata Airlangga kepada awak media di The Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Lebih lanjut, Airlangga mengatakan BI menunggu arah kebijakan pemerintah dan bank sentral Amerika Serikat (As) sebelum memutuskan penurunan suku bunga.
"Nah kemarin BI menahan penurunan karena menunggu Amerika. Karena kita harus rate-nya itu dalam tanda petik tidak lebih rendah dari Amerika. Terutama untuk mencegah tidak terjadi capital flux," kata Airlangga.
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan divergensi pertumbuhan ekonomi dunia melebar dan ketidakpastian pasar keuangan global berlanjut.
Perekonomian AS tumbuh lebih kuat dari prakiraan didukung oleh stimulus fiskal yang meningkatkan permintaan domestik dan kenaikan investasi di bidang teknologi yang mendorong peningkatan produktivitas.
Di sisi lain, terdapat kekhawatiran dampak BI Rate terhadap rupiah. Menurut Airlangga, pelemahan rupiah terjadi karena dolar AS menguat terhadap semua mata uang.
"Kita tidak khawatir itu, yang penting fundamental kita kuat. Kita punya trade positif. Kita punya cadangan devisa juga kuat," kata Airlangga.
Dia juga menekankan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS relatif lebih baik dibandingkan dengan mata uang regional lainnya.
"Sehingga tentu ini adalah gejala global yang tidak dihadapi oleh cuma Indonesia. Bahkan beberapa negara lebih dalam termasuk Jepang, Turki, dan yang lain," tuturnya.
(Febrina Ratna Iskana)