Airlangga Ungkap Tuntutan AS kepada Indonesia Saat Nego Soal Tarif
Indonesia resmi memulai negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) soal tarif resiprokal.
IDXChannel - Indonesia resmi memulai negosiasi dengan Amerika Serikat (AS) soal tarif resiprokal. Kedua negara telah sepakat untuk menyelesaikan negosiasi tersebut dalam 60 hari ke depan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan, Indonesia telah menawarkan sejumlah hal kepada AS untuk mengurangi defisit neraca perdagangan. Namun, AS melalui Menteri Perdagangan Howard Lutnick secara khusus meminta agar Indonesia menerapkan tarif yang adil.
"Paket pertama tentu yang terkait dengan tarif yang diharapkan bisa menjadi tarif berimbang," katanya dalam jumpa pers secara daring, Jumat (18/4/2025).
Namun, permintaan serupa juga diharapkan oleh Indonesia yang ingin tarif berimbang, terutama untuk 20 produk unggulan yang diekspor ke AS diberikan tarif yang seimbang pula.
"Dan tarif tersebut tidak lebih tinggi dari negara-negara pesaing Indonesia," kata Airlangga.
Kedua, kata Airlangga, Amerika juga menyinggung soal non-tariff measures. Soal ini, Indonesia telah mengirimkan dokumen kepada AS sebagai respons tersebut. Salah satunya Indonesia siap untuk mempermudah prosedur impor barang dari AS.
Poin lain yang menjadi isu adalah soal Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Presiden Prabowo Subianto sebelumnya meminta kepada Airlangga memperbaiki kebijakan TKDN.
"Bapak Presiden meminta format TKDN diperbaiki menjadi incentive-based. Tentu dari Amerika ada permintaan terhadap produk-produk tertentu yang secara nature atau secara business practice, sifatnya bukan impor-ekspor. Contohnya seperti data center," katanya.
Airlangga menyebut, saat ini dia bersama tim masih mengkaji soal TKDN khusus sektor ICT. Dia juga memastikan aturan TKDN di luar sektor ICT sejauh ini belum ada rencana perubahan.
Namun, dengan arahan Presiden yang cenderung pada kebijakan insentif berbasis inovasi ketimbang TKDN akan dipertimbangkan. Dia menyebut, pemerintah ingin agar daya saing Indonesia membaik yang tercermin dalam Ease of Doing Business (EoDB).
"Ini bukan eksklusif untuk Amerika, tetapi juga kita masuk dalam berbagai perjanjian, termasuk dalam EU-CEPA," katanya.
(Rahmat Fiansyah)