Akibat Lockdown, Ekonomi Malaysia Kini Lebih Parah Dari Krisis 1998
Bank Central mencatat kondisi ekonomi Malaysia ternyata justru jatuh lebih cepat dibandingkan prediksi sebelumnya.
IDXChannel - Bank Central mencatat kondisi ekonomi Malaysia ternyata justru jatuh lebih cepat dibandingkan prediksi sebelumnya. Hal ini terjadi di Triwulan terakhir pada 2020 lalu di mana angka pertumbuhannya hanya mencapai 3.4% year-on-year.
Dikutip dari Reuters, Selasa (11/02/2021), kondisi tersebut dinilai terjadi akibat aturan yang ketat dalam mencegah penyebaran virus Covid-19, sehingga membuat konsumsi dalam negeri menurun dan memperlambat proses pemulihan ekonomi.
Secara umum, performa ekonomi di negeri itu mentok di angka 5,6% di 2020, yang merupakan terburuk sejak krisis ekonomi dunia pada 1998 sebesar 7,4%, demikian laporan dari Asian Financial Crisis, berdasarkan data dari departemen statistik.
"Pada 2021 ini, pertumbuhan akan kembali, didukung oleh permintaan global dan upaya normalisasi aktivitas ekonomi domestik," ungkap Gubernur Bank Negara Malaysia, Nor Shamsiah Mohd Yunus, dalam konferensi persnya.
Beberapa ekonom telah merevisi proyeksi pertumbuhan Malaysia di 2021 di bawah proyeksi pemerintah dan bank sentral sebesar 6,5%-7,5%, sebagai hasil dari kebijakan lockdown kedua untuk mencegah infeksi virus korona dalam beberapa pekan terakhir. Secaar kumulatif, infeksi virus korona telah mencapai 250 ribu kasus, termasuk 923 meninggal dunia.
"Di sini telah terjadi banyak pengembangan, kebangkitan dari Covid-19 dan kemajuan dari vaksin... tapi yang terpenting, kami tetap berharap pertumbuhan di 2021," sahut Nor Shamsiah.
Bulan lalu, bang sentral telah menerapkan kebijakan suku bunga acuan di angka terendah, yakni 175%. Hal ini dilakukan untuk memangkas 125 basis poin di tahun lalu akibat dari kebijakan lockdown sehingga menghantam perekonomian Malaysia.
Ekonomi yang bergantung pada perdagangan telah menujukkan tanda tentatif dari rebound pada kuartal ketiga, berkat peningkatan permintaan global. Ekspor di tahun itu turun 1,4%, meskipun pengiriman mulai pulih dalam empat bulan terakhir tahun 2020.
Bank sentral memperkirakan inflasi akan cenderung lebih tinggi tahun ini, setelah 10 bulan berturut-turut turun, sebagian besar disebabkan oleh harga bahan bakar eceran yang rendah. Indeks harga konsumen utama turun 1,2% pada tahun 2020. (TYO)