ECONOMICS

Akuisisi US Steel oleh Nippon Steel Dijegal Biden, Begini Respons PM Jepang

Ibnu Hariyanto 13/01/2025 12:27 WIB

PM Jepang, Shigeru Ishiba meminta Presiden AS Joe Biden menghapus rasa kekhawatiran terkait proses akuisisi US Steel yang dilakukan Nippon Steel.

PM Jepang, Shigeru Ishiba meminta Presiden AS Joe Biden menghapus rasa kekhawatiran terkait proses akuisisi US Steel yang dilakukan Nippon Steel. (foto: MNC)

IDXChannel- Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menghapus rasa kekhawatiran terkait proses akuisisi US Steel yang dilakukan Nippon Steel.

Dilansir Channel News Asia, Senin (13/1/2025), Ishiba menyebut gagal proses akusisi tersebut karena timbulnya rasa kekhawatiran, baik di Jepang dan AS.

Kekhawatiran itu timbul karena proses akusisi senilai USD14,9 miliar itu dinilai akan mengancam keamanan nasional di AS. Hal itu membuat Jepang sebagai sekutu terdekat AS sedikit marah.

Untuk itu, Ishiba meminta Biden untuk menghilangkan perasaan kekhawatiran itu.

"Saya mengatakan bahwa suara-suara kekhawatiran yang kuat muncul tidak hanya di Jepang tetapi juga di komunitas bisnis AS, dan saya mendesak (Biden) untuk menghilangkan perasaan ini," kata Ishiba kepada wartawan setelah melakukan pembicaraan telepon dengan Biden dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos, Senin (13/1/2025).

Saat ini Nippon Steel dan US Steel telah melakukan upaya tindakan hukum. Kedua perusahaan itu menuduh Biden melakukan campur tangan ilegal.

Padahal, Nippon Steel menegaskan akuisisi ini sebagai penyelamat bagi US Steel. Namun, para penolak akuisisi ini memperingatkan bahwa Nippon Steel justru akan memangkas jumlah karyawannya.

Pengambilalihan yang diumumkan 2023 dilakukan menjelang pemilihan presiden AS tahun lalu dan terbukti menjadi titik puncak politik. Sebelumnya, dua tokoh yang bertarung di Pilpres AS, baik Donald Trump maupun Kamala Harris menentang transaksi ini.

Padahal menurut data resmi AS, perusahaan-perusahaan Jepang menginvestasikan hampir USD800 miliar di AS pada 2023. Nilai lebih banyak dari pada negara lain dan 14,3 persen dari total investasi mereka.

SHARE