Alami Krisis Kelebihan Produksi, Petani Anggur Prancis Babat Kebun Anggur
Prancis dikenal sebagai negara dengan penghasil wine berlimpah dan terbaik di dunia.
IDXChannel – Prancis dikenal sebagai negara dengan penghasil wine berlimpah dan terbaik di dunia. Namun sayangnya, saat ini para petani anggur dan produsen wine tengah mengalami krisis kelebihan produksi.
Hal ini pun menekan para petani lantaran pendapatannya mengalami penurunan. Apalagi saat ini konsumsi wine orang Prancis pun terus mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut, para petani anggur ini berencana untuk mengurangi produksinya.
Salah satunya adalah mengurangi pasokan dan membabat kebun anggur mereka. Di Bordelais, di wilayah barat daya Prancis, diperkirakan akan ada kebun anggur yang menghilang. Besarnya ditengarai bisa setara dengan luasan Kota Köln, Jerman.
"Sekitar 40.000 hektare bermasalah di wilayah tersebut," jelas pembuat anggur Olivier Metzinger dalam wawancara dengan Sud-Radio pada Desember lalu dilansir melalui DW, Selasa (14/2/2023). Beberapa saat sebelum Natal tahun 2022, Metzinger mengadakan aksi turun ke jalan bersama rekan-rekannya untuk menarik perhatian publik akan kebutuhan para penanam anggur.
"Dengan lahan seluas 40 ribu hektare ini, (pilihan) kami antara harus beralih ke produksi anggur jenis lain atau membersihkannya secara permanen," tambahnya. Saat ini, pembicaraan dengan pemerintah terkait masalah ini tengah berlangsung.
Alternatif produksi lain
Para petani anggur dari daerah produsen anggur merah di Bordelais, Lembah Rhône, dan Languedoc menganggap negara bagian mereka berkewajiban meredam dampak perubahan ini. Bersama dengan Uni Eropa, negara bagian kini setuju menyediakan hingga 160 juta euro untuk kampanye penyulingan atau distilasi.
Uang tersebut akan diberikan sebagai kompensasi kepada petani anggur atas penjualan total 2,5 juta hektoliter anggur, utamanya anggur merah, ke tempat-tempat penyulingan. Hingga dua pertiga dari surplus saat ini akan terserap dengan cara ini. Alkohol hasil sulingan dari buah anggur surplus ini nantinya bisa diolah menjadi parfum, desinfektan atau bahan bakar bioetanol.
Selama lockdown saat pandemi corona tahun 2020, Kementerian Pertanian Paris juga telah menyetujui penyulingan sebanyak dua juta hektoliter buah anggur, yang setara dengan hampir lima persen dari total produksi tahunan di Prancis. Negara membayar para petani anggur dengan kisaran harga antara 58 hingga 78 euro atau mulai dari Rp950 ribu hingga Rp1,27 juta per hektoliter.
Namun, program penyulingan dinilai tidak banyak mengubah masalah struktural industri yang semakin tergantung pada ekspor. Ekspor ke Cina, yang anjlok selama pandemi, diperkirakan akan meningkat lagi tahun ini, tetapi saat ini belum jelas apakah akan segera kembali ke level sebelum krisis. Dalam jangka panjang, sektor anggur Prancis harus melakukan penyesuaian terhadap perubahan iklim dan perubahan permintaan, demikian menurut pemerintah di Paris.
(DKH)