ECONOMICS

Alihkan 20 Pesawat ke Citilink, Pengamat: Garuda Bisa Selesaikan Masalahnya Dulu

Suparjo Ramalan 08/09/2021 19:33 WIB

Langkah yang dilakukan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dengan menyerahkan 20 unit pesawat A320 dinilai sebagai langkah yang logis.

Alihkan 20 Pesawat ke Citilink, Pengamat: Garuda Bisa Selesaikan Masalahnya Dulu. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Langkah yang dilakukan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dengan menyerahkan 20 unit pesawat A320 dinilai sebagai langkah yang logis. Apalagi, penyerahan itu bisa membesarkan PT Citilink Indonesia dalam menjalankan bisnis penerbangan nasional.

Pengamat penerbangan, Gatot Raharjo menilai, upaya membesarkan Citilink Indonesia merupakan alternatif manajemen maskapai penerbangan pelat merah itu mempertahankan bisnis Garuda. Selain itu, menjadi konsekuensi logis dari berdirinya Holding BUMN Aviasi dan Pariwisata. 

"Ini mungkin ada kaitannya dengan akan dimasukkannya Citilink dalam Holding Aviasi dan Pariwisata. Rencananya Citilink yang mau masuk, Garuda bisa menyelesaikan masalahnya dulu," ujar Gatot saat dimintai pendapatnya, Rabu (8/9/2021). 

Saham Citilink Indonesia memang didominasi oleh Garuda Indonesia. Dari hasil notulen rapat Garuda Indonesia, Citilink Indonesia, hingga pihak terkait yang beredar di sosial media mencatatkan upaya pemberdayaan Citilink menjadi inisiatif Garuda untuk mempertahankan keberlangsungan bisnisnya. 

"PT Garuda Indonesia adalah pemegang saham terbesar PT Citilink Indonesia. Oleh karena itu, beliau meminta adanya permintaan sinergi kerja sama dapat didukung dengan baik demi keberlangsungan induk perusahaan," tulis keterangan notulen rapat tersebut. 

Pada saat yang sama, beredar pula surat keberatan manajemen Garuda Indonesia terkait poin-poin informasi yang tercatat dalam hasil rapat tersebut. Salah satunya ihwal pembatalan pesanan pesawat dan pemberian pesawat Airbus A320 kepada Citilink. 

Merespon hal itu, Gatot menilai akan ada sebuah konsekuensi lebih jauh saat holding diresmikan. Menurutnya, integrasi itu menimbulkan persaingan antara anggotanya bila tidak dikelola secara baik, misalnya, terjadi monopoli oleh salah satu perusahaan. 

Pertimbanganya, perseroan yang tergabung dalam holding sebagian merupakan aktor utama di bidangnya masing-masing. Misalnya PT Angkasa Pura I (Persero) dan Angkasa Pura II (Persero) yang notabene sudah menguasai bandara-besar besar di sejumlah daerah di Indonesia. 

"Kalau menurut pendapat saya, adanya holding ini justru tidak bagus karena akan menimbulkan monopoli dan persaingan tidak sehat terutama di penerbangan," katanya. (TYO)

SHARE