ECONOMICS

Angola Keluar dari OPEC karena Perselisihan Kuota Produksi

Wahyu Dwi Anggoro 22/12/2023 09:15 WIB

Angola mengumumkan keluar dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) setelah 16 tahun keanggotaannya karena perselisihan terkait kuota produksi.

Angola Keluar dari OPEC karena Perselisihan Kuota Produksi. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Angola mengumumkan keluar dari Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) setelah 16 tahun keanggotaannya karena perselisihan terkait kuota produksi.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (22/12/2023), Angola menolak penurunan kuota produksinya yang didorong oleh para pemimpin OPEC seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA).

Jumlah anggota OPEC kini tersisa 12 negara. Angola keluar di tengah merosotnya harga minyak dunia akibat pelemahan permintaan dan peningkatan produksi Amerika Serikat (AS).

OPEC dan sekutunya, dikenal dengan sebutan OPEC+, telah memangkas produksi minyak untuk mengerek harga. Namun, langkah tersebut tidak sepenuhnya berhasil.

Harga minyak dunia telah turun sekitar 20% dalam tiga bulan terakhir.

"Ini tidak menandakan perpecahan dalam OPEC+ dan tidak mengancam kebijakan pengurangan pasokan," kata Bob McNally, presiden konsultan Rapidan Energy Group dan mantan pejabat Gedung Putih.

"Meskipun begitu, OPEC+ harus makin menjaga kekompakan selama beberapa tahun ke depan," lanjutnya.

Perselisihan antara Angola dan para pemimpin OPEC dimulai pada Juni 2023. Saat itu, Angola didorong menerima penurunan kuota, sementara para pemimpin OPEC menyetujui peningkatan kuota UEA.

"Peran kami di dalam organisasi tidak lagi dianggap relevan," kata Menteri Sumber Daya Mineral Angola Diamantino Azevedo saat mengumumkan pengunduran diri dari OPEC.

"Ini bukanlah keputusan yang mudah, namun waktunya telah tiba," lanjutnya.

Angola pernah menjadi produsen minyak terbesar di Afrika. Namun, produksinya telah turun sekitar 40% selama delapan tahun terakhir menjadi sekitar 1,14 juta barel per hari karena gagal memelihara ladang-ladang minyak yang sudah tua.

Meskipun cadangan minyak Angola menarik minat perusahaan-perusahaan besar seperti BP Plc, Exxon Mobil Corp dan Chevron Corp, ladang-ladang minyaknya di laut dalam telah menurun lebih cepat dibandingkan ladang-ladang minyak di daratan.

Alhasil, para pemimpin OPEC mengusulkan kuota produksi Angola diturunkan bahkan hingga 1,1 juta barel per hari. Usulan tersebut ditolak mentah-mentah negara tersebut karena dianggap mengancam sektor minyaknya di masa mendatang.

Pada akhir November, perwakilan Angola di OPEC, Estevao Pedro, mengatakan kepada Bloomberg bahwa pihaknya menolak usulan kuota terbaru dan akan memompa minyak sebanyak yang negara itu bisa. (WHY)

SHARE