Anwar Ibrahim Jadi PM, Intip Hubungan Ekonomi Malaysia-RI
Kerja sama ekonomi RI-Malaysia diharapkan semakin terbangun setelah terpilihnya PM baru.
IDXChannel - Malaysia sebagai negara tetangga RI baru saja mengesahkan Perdana Menteri (PM) baru. Adalah Anwar Ibrahim, politisi kawakan negeri Jiran sekaligus oposisi pemerintah selama belasan tahun.
Kabar kemenangan Anwar juga menjadi buah bibir di Tanah Air. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan ucapan selamat melalui sambungan telepon dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Kamis malam (24/11).
"Atas nama Pemerintah, atas nama seluruh rakyat Indonesia, saya ingin mengucapkan selamat atas terpilihnya Yang Mulia sebagai Perdana Menteri ke-10 Malaysia," kata Jokowi.
Di mata Jokowi, Anwar Ibrahim sosok yang dikenal luas dan dihormati oleh rakyat Indonesia. Jokowi juga meyakini di bawah kepemimpinan Anwar Ibrahim, hubungan baik antara Indonesia dan Malaysia akan semakin maju.
"Saya berharap kita dapat berjumpa segera untuk membahas upaya memperkokoh hubungan bilateral kita, baik ekonomi, masalah perbatasan, mengenai perlindungan warga negara kita," ungkap Jokowi.
Lalu, seperti apa selama ini hubungan Malaysia-RI, terutama dalam hal ekonominya?
Malaysia, Mitra Dagang Utama RI
Malaysia sudah sejak lama menjadi salah satu mitra dagang utama Indonesia. Malaysia merupakan tujuan ekspor berbagai produk non-migas unggulan Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Sepanjang Januari hingga September 2022, ekspor non-migas Indonesia ke negeri Jiran mencapai USD10,7 miliar, melonjak 42,09% dibanding tahun sebelumnya.
Adapun menurut database COMTRADE PBB, impor Malaysia dari Indonesia secara total mencapai USD13,49 Miliar selama tahun 2021.
Di tahun pandemi, Indonesia membukukan ekspor dengan Malaysia USD8,13 miliar berdasarkan data per Desember 2020. Nilai tersebut merosot 7,63% dibandingkan ekspor tahun sebelumnya yang tercatat USD8,8 miliar.
Pada 2021, Indonesia mencapai surplus perdagangan dengan Malaysia sebesar USD2,56 miliar.
Di samping itu, Indonesia merupakan negara pengekspor batubara terbesar bagi Malaysia. Pada 2021, Malaysia mengimpor batubara sebanyak RM16,6 miliar dengan 73,8%-nya berasal dari Indonesia.
Impor utama Malaysia dari RI mencakup bahan bakar mineral, minyak, dan produk penyulingan lainnya senilai USD3,85 miliar. Di urutan kedua, impor lemak dan minyak hewani, nabati, dan produk turunannya mencapai USD2,02 miliar. (Lihat tabel di bawah ini.)
Sumber: Tradingeconomics
Dalam klasifikasi Trademap, bahan bakar mineral, minyak, dan produk penyulingan lainnya masuk dalam kategori produk HS dengan kode 27. Produk ini merupakan jenis barang ekspor yang dikelompokkan bersama dengan zat bitumen dan mineral.
Adapun menurut Departement of Statistics Malaysia (DSM), perekonomian Negeri Jiran tumbuh 14,2% pada kuartal tiga (Q3) tahun ini year on year (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibanding kuartal sebelumnya sebesar 8,9% (yoy).
Ekonomi Malaysia melesat di atas 14% karena tingginya permintaan ekspor dan konsumsi domestik.
Dengan capaian ini, Negeri Jiran memimpin pertumbuhan ekonomi negara-negara kawasan Asia Tenggara.
Sementara pertumbuhan ekonomi RI berada di angka 5,7% di kuartal yang sama. Angka ini juga tercatat meningkat dari kuartal sebelumnya sebesar 5,4%.
Beberapa perusahaan Malaysia juga berinvestasi di Indonesia seperti Maybank, CIMB, Petronas, Proton Holdings dan Sime Darby, grup bisnis perkebunan besar asal Malaysia hasil merger dari Kumpulan Guthrie, Golden Hope dan Sime Darby.
Ada juga XL Axiata yang dikenal dengan XL menjadi salah satu operator seluler terbesar ketiga di Indonesia. Ada juga maskapai penerbangan Air Asia yang sempat menjadi primadona warga karena tarifnya yang murah.
Negara Penghasil CPO Terbesar Dunia
Indonesia dan Malaysia adalah negara penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar dunia.
Menurut data Departemen Pertanian Amerika Serikat, hampir 85% minyak sawit diproduksi hanya di dua negara - Indonesia dan Malaysia. Pada 2019, Indonesia memproduksi 42,5 juta ton, 58% dari produksi global, sedangkan 19 juta ton berasal dari Malaysia - 26% dari pasokan global.
Menurut data Statista, produksi minyak sawit pada 2021/2022 dipimpin oleh Indonesia mencapai 45,3 juta metrik ton. Sementara Malaysia menduduki peringkat kedua sebesar 18,3 juta metrik ton. (Lihat grafik di bawah ini.)
Indonesia dan Malaysia seringkali terjebak dalam perlombaan menjadi eksportir crude palm oil (CPO) terbesar. Sejak 2016, Indonesia berhasil menggeser kedudukan Malaysia sebagai eksportir utama.
Namun, ekspor CPO Indonesia sempat terhambat dalam melakukan perdagangan internasional, salah satunya ke India. Hal ini karena adanya regulasi dari negara-negara tujuan ekspor utama.
Dalam kasus ekspor ke India, penurunan ekspor CPO Indonesia telah berlangsung sejak Februari hingga April 2019.
Total ekspor paling tinggi terjadi pada Januari 2019 sebesar 604,21 ribu ton. Sementara pada Maret 2019 terjadi penurunan sebesar 62,4% menjadi 194,41 ribu.
Di periode yang sama, India diketahui mengimpor CPO dari Malaysia serta mengalami kenaikan ekspor CPO. Total ekspor CPO Malaysia ke India paling banyak sejumlah 539,99 ribu ton.
Dalam hal ini, India menaikkan tarif bea masuk CPO pada batas maksimum terhadap Indonesia. Uni Eropa juga sempat membangun sentimen negatif terhadap sawit RI yang dianggap tidak memenuhi standar lingkungan.
Malaysia mengambil peluang ini dengan memanfaatkan perjanjian Comprehensive Economic Cooperation Agreement (CECA) tahun 2011 di mana tarif bea masuk CPO dari Malaysia ke India hanya 45%. (ADF)