Apa Itu Economic Value Added (EVA) dalam Investasi dan Bisnis
Investor, apakah Anda memahami apa itu Economic Value Added atau EVA?
IDXChannel – Investor, apakah Anda memahami apa itu Economic Value Added atau EVA? EVA merupakan indikasi apakah nilai investasi berubah.
Banyak investor yang ingin mengetahui seberapa besar kemungkinan keuntungan investasinya dan seberapa besar keuntungan yang dapat diperoleh dari investasinya. Perhitungan utama yang memberikan informasi ini adalah Economic Value Added (EVA).
Pengertian Economic Value Added (EVA)
Pendekatan metode EVA atau economic value added pertama kali diluncurkan pada tahun 1993 oleh G. Bennett Stewart dan Joel M. Stern. Keduanya adalah analis keuangan di perusahaan konsultan Amerika, Steward Management Services.
Economic value added se (EVA), diketahui sebagai “Nilai Tambah Ekonomi” di Indonesia. EVA adalah analisis kinerja keuangan yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai ekonomi bagi investor. EVA digunakan sebagai ukuran keberhasilan manajemen dalam mengelola sumber daya keuangan perusahaan yang ada.
EVA dimaksudkan untuk mewakili keuntungan ekonomi aktual suatu perusahaan. Nilai yang diciptakan perusahaan diukur berdasarkan uang yang diinvestasikan oleh pihak lain, dan oleh karena itu sangat bergantung pada modal yang diinvestasikan.
Keuntungan dan Kerugian Menggunakan EVA dalam Bisnis
Mengutip Kledo.com, EVA merupakan metode yang efektif untuk mengevaluasi kinerja perusahaan dan tim manajemen, berdasarkan prinsip bahwa suatu perusahaan hanya menguntungkan jika menghasilkan keuntungan dan kekayaan bagi pemegang sahamnya.
Hal ini mengharuskan perusahaan untuk mengungguli biaya modalnya. Demikian pula, EVA berguna sebagai indikator kinerja ketika perusahaan menggunakan item-item neraca untuk menunjukkan bagaimana dan di mana perusahaan tersebut menciptakan kekayaan.
Oleh karena itu, manajer harus memahami aset dan biaya perusahaan dengan jelas saat mengambil keputusan. Namun EVA sangat andal dalam hal modal yang diinvestasikan. Hal ini sangat berguna untuk mempelajari perusahaan yang matang, stabil, atau kaya aset.
Sebaliknya, efektivitasnya mungkin lebih rendah pada perusahaan yang terutama memiliki aset tidak berwujud, seperti perusahaan teknologi, meskipun perusahaan-perusahaan ini mungkin mempertimbangkan pendorong pertumbuhan lain untuk mengevaluasi insentif. (SNP)