Apa Pengertian Kurs, Harga yang Digunakan Ketika Bank Membeli Valuta Asing?
Harga yang digubakan ketika bank membeli valuta asing adalah memakai kurs jual dan kurs beli.
IDXChannel – Harga yang digubakan ketika bank membeli valuta asing adalah memakai kurs jual dan kurs beli. Kurs adalah harga mata uang suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang lain.
Jika kita amati, contoh harga yang digunakan ketika bank membeli mata uang asing adalah penukaran rupiah dengan dolar AS secara tunai. Pertukaran ini sering terjadi ketika melakukan perdagangan internasional atau ketika mengunjungi suatu negara.
Pengertian Kurs
Nilai tukar atau kurs adalah perbandingan harga atau nilai mata uang suatu negara yang diukur dengan mata uang negara lain. Saat menukar mata uang asing, nilai tukar memegang peranan yang sangat penting.
Karena nilai tukar adalah alat yang mengkonversi harga yang berbeda ke dalam mata uang asing. Istilah lain dari kurs adalah nilai tukar. Dalam kehidupan sehari-hari secara internasional banyak memerlukan nilai tukar, seperti kegiatan transaksi yang melibatkan dua mata uang asing, kegiatan pasar valuta asing dan kegiatan impor dan ekspor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs
Nilai kurs tentu tidak selalu tetap, tetapi berubah. Ada banyak faktor yang memengaruhi perubahan kurs adalah:
1. Neraca pembayaran
Nilai tukar sangat dipengaruhi oleh operasi neraca pembayaran. Jika neraca pembayaran berjalan baik, maka permintaan debitur luar negeri akan meningkat sehingga nilai mata uang dalam negeri juga meningkat.
Jika neraca pembayaran pasif menyebabkan nilai tukar turun. Sebab, debitur dalam negeri menjual seluruh asetnya dalam mata uang asing. Derajat keterbukaan perekonomian ternyata berperan penting dalam mengukur dampak neraca pembayaran terhadap nilai tukar.
Contoh dampak nyata dapat dilihat pada dampak perubahan bea masuk, subsidi ekspor, pembatasan barang impor, kuota perdagangan, dan lain-lain.
2. Inflasi
Tingkat inflasi mempengaruhi perubahan nilai tukar. Jika inflasi suatu negara rendah maka nilai tukarnya akan terapresiasi. Akibat inflasi yang rendah, permintaan barang di pasar internasional tinggi.
Oleh karena itu, peningkatan kegiatan ekspor akan berdampak pada peningkatan permintaan devisa. Jika tingkat inflasi suatu negara tinggi, maka mata uang atau nilai tukar asing akan terdepresiasi. Dengan rendahnya permintaan terhadap produk tersebut, aktivitas ekspor pun menurun.
3. Suku bunga
Jika suku bunga perbankan nasional tinggi maka investor akan tertarik menanamkan modalnya. Modal yang ditanam investor menyebabkan apresiasi nilai tukar.
Sebaliknya, ketika suku bunga bank dalam negeri rendah, investor tidak akan tertarik untuk menanamkan modalnya dan akan lebih memilih negara lain sebagai lokasi investasi. Akibatnya, nilai tukar turun. (SNP)