ECONOMICS

Apa Saja Tantangan Mengembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik di ASEAN?

Dovana Hasiana/MPI 11/05/2023 16:30 WIB

Terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh ASEAN dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di kawasan.

Apa Saja Tantangan Mengembangkan Ekosistem Kendaraan Listrik di ASEAN? (Foto MNC Media)

IDXChannel - Terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi oleh ASEAN dalam mengembangkan ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di kawasan.

Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengungkapkan, masing-masing negara harus mampu menyeimbangkan kepentingan negara dengan kepentingan bersama di kawasan.

Selama ini, Yose melihat masih banyak negara-negara di kawasan yang lebih mementingkan kepentingan nasional dibandingkan kepentingan bersama yang memberikan dampak lebih besar.

“Misalnya kalau terkait EV, kita lihat Malaysia mau jadi produsen EV, begitu juga dengan Filipina dan Thailand. Jadi ada kompetisi di antara masing-masing negara untuk menjadi produsen EV. Padahal, kalau kepentingan bersama lebih diutamakan, keuntungan yang didapatkan lebih besar,” ujarnya dalam program Market Review IDX Channel, Kamis (11/5/2023).

Menurutnya, daripada mengedepankan kompetisi untuk menjadi produsen EV, ASEAN bisa berfokus untuk membentuk kerja sama untuk membangun dan mengembangkan rantai pasok (supply chain) yang terintegrasi. 

Kerja sama tersebut bisa dibangun dengan memperhatikan kekuatan masing-masing negara. Misalnya, Indonesia memiliki sumber daya alam baterai, sehingga berperan sebagai pemasok baterai. Sementara negara lain yang lebih maju berperan untuk mengembangkan dari segi teknologi.

Hal ini bisa dicapai bila masing-masing negara mau duduk bersama untuk mencapai kepentingan bersama tersebut. Sebab, Yose melihat potensi ASEAN yang besar dalam industri otomotif. Hal itu terbukti dari perkembangan masif industri otomotif di ASEAN selama 25 tahun ke belakang.

“ASEAN bisa menggunakan pertumbuhan industri otomotif sebelumnya sebagai modal untuk pengembangan kerja sama rantai pasok yang terintegrasi,” imbuhnya.

Selain itu, ASEAN juga dinilai bisa mengajukan kerjasama dan kolaborasi dengan mitra-mitra strategis, seperti ASEAN Plus Three (APT) yang terdiri dari negara-negara ASEAN dan China, Jepang serta Korea Selatan.

“Apalagi mereka secara teknologi jauh lebih advanced. Jadi kerja sama bisa menguntungkan semua pihak. Sehingga masing-masing negara tidak lagi saling berkompetisi, melainkan berperan menciptakan integrasi rantai pasok,” pungkasnya.

(YNA)

SHARE