ECONOMICS

Apakah Varian Omicron Tanda Akhir dari Covid-19?, Begini Penjelasan Ahli Kesehatan

Kevi Laras 06/02/2022 14:25 WIB

Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia mengalami lonjakan yang cukup pesat.

Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia mengalami lonjakan yang cukup pesat.

IDXChannel - Kasus Covid-19 varian Omicron di Indonesia mengalami lonjakan yang cukup pesat. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan kondisi di beberapa negara Eropa melonggarkan aturan mereka, yang beriringan dengan tingkat vaksinasi yang tinggi.

Varian Omicron ini membuat para peneliti memperingatkan bahaya yang bisa timbul, terlebih jika terjadi ledakan kasus. Faktanya jumlah infeksi Omicron berlipat ganda dalam waktu kurang yang secara signifikan lebih cepat daripada varian sebelumnya. 

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa berbahaya untuk menganggap varian Omicron akan menandai akhir dari fase paling akut COVID-19, dia mendesak negara-negara untuk tetap fokus untuk mengalahkan pandemi

"Berbahaya untuk berasumsi bahwa Omicron akan menjadi varian terakhir dan bahwa kita berada di akhir permainan," kata Tedros Adhanom Ghebreyesus dilansir dari Reuters, Minggu (6/2/2022)

Apakah Omicron mengakhiri pandemi?

Menurut Graham Medley, Profesor pemodelan penyakit menular di London School of Hygiene & Tropical Medicine bahwa varian Omicron bukan jadi yang terakhir. Dia mengatakan akan ada varian baru yang mencul kembali dengan karakteristik yang baru.

"Omicron bukan menjadi varian terakhir," kata Medley dikutip dari Nature.

Meskipun Omicron telah mengirimkan total kasus melonjak hingga hampir 350 juta, dampaknya yang kurang mematikan dan meningkatnya prevalensi vaksin telah menyebabkan optimisme di beberapa bagian bahwa pandemi terburuk mungkin telah berlalu.

“Pandemi COVID-19 sekarang memasuki tahun ketiga dan kita berada pada titik kritis,” jelasnya

"Kita harus bekerja sama untuk mengakhiri fase akut pandemi ini. Kita tidak bisa membiarkannya terus berlarut-larut, bergerak di antara kepanikan dan kelalaian."tambahnya

Sementara di Indonesia, dalam mengantisipasi lonjakan Covid-19, dr Nadia mengatakan bahwa pemberian dosis ketiga (booster) sangat penting untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 lebih parah lagi.

Sementara cakupan vaksinasi lengkap yang juga dapat mencegah dampak lebih lanjut. Saat ini cakupan vaksinasi telah mencapai 89% untuk dosis pertama dan 62% dosis kedua yang dianggap mampu mengurangi dampak kesakitan/kematian dari Covid-19.

"Kita masih perlu terus mendorong cakupan vaksinasi dosis lengkap yang lebih tinggi lagi untuk mencegah dampak lebih lanjut bagi kelompok rentan seperti lansia dan anak-anak. Pemberian dosis ketiga (booster) juga sangat penting untuk mengantisipasi lonjakan kasus COVID-19 lebih parah lagi,” jelas dr. Siti Nadia Tarmizi M.Epid, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes sebagaimana dalam website resmi Kemenkes, dikutip Minggu (6/2/2022)

(NDA)

SHARE