ECONOMICS

Asosiasi Optimistis Indeks Harga Acuan Nikel Rampung Akhir 2023

Atikah Umiyani/MPI 12/10/2023 17:13 WIB

Harga acuan nikel Indonesia ini dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah kesenjangan harga antara penambang dan pengusaha smelter.

Asosiasi Optimistis Indeks Harga Acuan Nikel Rampung Akhir 2023. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (Ketum APNI), Komjen Pol. (Purn) Drs. Nanan Soekarna memastikan, indeks harga acuan nikel Indonesia (Indonesia Nickel Price Index) akan rampung akhir 2023. 

Menurutnya, harga acuan nikel Indonesia ini dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah kesenjangan harga antara penambang dan pengusaha smelter. Selama ini, pemerintah Indonesia dalam menentukan harga patokan mineral (HPM) masih mengacu pada London Metal Exchange.

Sementara untuk penentuan harga jual produk nickel pig iron (NPI) berdasarkan tren rata-rata harga di Shanghai Metals Market. 

"APNI sedang mencoba membuat Indonesia nikel price index, sekarang harga itu ditetapkan oleh SMM dan LME. Bayangkan, kita sebagai pemilik nikel (tapi) harganya ditentukan SMM dan LME. Maka dari itu kami terobsesi ingin membuat Indonesia nickel price indeks ini," tuturnya ketika ditemui di Jakarta, Kamis (12/10/2023). 

Diakui Nanan bahwa hal ini memang tidak mudah, namun dirinya bersama Sekretaris Umum APNI, Meidy Katrin Lengkey telah berbicara dengan SMM, LME,dan Argus Media.

"Saya ajak dan bikin conference, 3 yang menentukan harga dan bicara bahwa saya ingin punya price index. Ketiganya mendukung untuk Indonesia bisa punya index sendiri. SMM LME, Argus juga bersedia untuk mendukung kita menentukan harga itu bersama-sama," tuturnya. 

Selanjutnya, sambung Nanan, pihaknya juga telah mengajukan hal ini ke Minerba yang kemudian telah diterima. 

"Targetnya akhir tahun ini sudah ada Indonesia nikel price index untuk menggantikan (yang saat ini berlaku), masa yang menentukan orang luar sana," imbuhnya. 

Nanan menuturkan, perselisihan antara penambang dan pengusaha smelter memang terus terjadi di Indonesia. Katanya, hulu pertambangan nikel dan industri hilir seperti smelter seringkali mengalmi perbedaan pendapat. Nantinya, dia berharap melalui indeks nikel di Indonesia ini bisa mengakomodasi seluruh kepentingan. 

"Berantem awalnya tidak akur menentukan harganya, smelter mau murah, hulu mau mahal, tapi patokan saya negara harus untung, dan sekarang sudah akur karena tujuannya bukan hanya profit tapi negara dulu," tuturnya. 

"Tapi negara dulu, jadi istilahnya negara adidaya masyarakat sejahtera, pengusaha bahagia," tukasnya. (NIA)

SHARE