Asosiasi Sebut Iklim Investasi Migas Sudah Turun Sejak Sebelum Pandemi
Iklim investasi migas di Indonesia sudah sejak lama menurun bahkan sebelum pandemi.
IDXChannel - Kebutuhan investasi minyak dan gas bumi (migas) akan semakin meningkat ke depannya. Hal ini akan berdampak pada capaian target lifting migas di dalam negeri.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, untuk meningkatkan produksi migas nasional dibutuhkan investasi yang cukup besar. Namun permasalahannya iklim investasi migas di Indonesia sudah sejak lama menurun bahkan sebelum pandemi.
"Di sisi lain, investor-investor International Oil Company (IOC) sudah semakin ketat untuk memilih portofolio mereka secara global. Ini karena tingginya risiko di industri migas sehingga menambah ketidakpastian di industri migas ini," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Kamis (20/1/2022).
Dia melanjutkan, investor migas juga menghadapi tantangan di mana harus melakukan transisi energi ke energi baru dan terbarukan. Hal ini membuat perusahaan migas memilih investasi yang menguntungkan bagi mereka. "Itu yang menjadi masalah di Indonesia. Jadi ini semua berkaitan dengan investasi," imbuhnya.
Sebelumnya, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat realisasi investasi pada tahun 2021 hanya mencapai USD10,7 miliar atau 86,4% dari target yang sebesar USD12,38 miliar.
Adapun realisasi lifting minyak dan gas bumi mencapai 1,64 juta barel oil equivalent per day atau (boepd) atau setara 96% dari target 1,71 juta boepd. Dari jumlah tersebut, lifting minyak mencapai 660.000 barel oil per day (bopd) atau baru mencapai 93,6% dari target APBN sebesar 705.000 bopd. Dan, lifting gas bumi mencapai 5.501 million standard cubic feet per day (mmscfd) atau 97,6% dari target 5638 mmscfd. (TIA)