ECONOMICS

Asumsi Makro Ekonomi 2024 Dinilai Masih Optimistis dan Realistis, Ini Alasannya

Atikah Umiyani/MPI 18/08/2023 19:57 WIB

Pertumbuhan ekonomi 2024 yang ditargetkan 5,2 persen year on year (yoy) dinilai masih  optimistis, namun tetap realistis untuk bisa dicapai.

Asumsi Makro Ekonomi 2024 Dinilai Masih Optimistis dan Realistis, Ini Alasannya. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Pertumbuhan ekonomi 2024 yang ditargetkan 5,2 persen year on year (yoy) dinilai masih  optimistis, namun tetap realistis untuk bisa dicapai.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pemerintah perlu mendorong terjaganya pertumbuhan konsumsi masyarakat yang masih memiliki kontribusi besar pada perekonomian.

Sebab menurutnya, kondisi pertumbuhan ekonomi global yang cenderung melambat berpotensi membatasi kinerja investasi pada 2024.

"Selain itu, tantangan yang akan dihadapi di 2024 mendatang adalah potensi peningkatan inflasi pangan di tengah fenomena El Nino yang diperkirakan puncaknya terjadi di bulan Agustus atau September 2023. Pemerintah perlu memitigasi risiko peningkatan inflasi pangan sehingga ekspektasi inflasi dapat terjangkar," ujarnya saat dihubungi, Jumat (18/9/2023).

Diungkapkan Josua, apabila pemerintah mampu memitigasi resiko tersebut maka inflasi 2024 diperkirakan akan terkendali dalam kisaran 3,0 hingga 3,5%.

"Terkait dengan asumsi nilai tukar rupiah di level 15.000 per USD juga diperkirakan cukup rasional mempertimbangkan iklim investasi yang baik serta kondisi eksternal dari bank sentral global yang bepotensi mempertimbangkan untuk memangkas suku bunga bank sentral di tahun 2024," tuturnya.

Tantangan utama pemerintah dalam memenuhi target APBN 2024 yaitu penerimaan perpajakan yang ditargetkan mencapai Rp2.307 triliun.

"Pada tahun 2024, seiring dengan penurunan potensi pajak dari sisi komoditas, tentunya realisasi perpajakan berpotensi mengalami perlambatan. Kondisi tersebut masih bisa didorong dengan sumber pertumbuhan ekonomi yang lain, sehingga penerimaan dari pajak penghasilan cenderung meningkat," terangnya.

Sementara itu, dari sisi pertumbuhan ekonomi, tantangan untuk ndonesia tahun depan, salah satunya perlambatan ekonomi China yang diperkirakan sudah mulai terjadi di tahun ini, serta potensi normalisasi harga komoditas.

"Namun demikian investasi diperkirakan akan meningkat pasca pemilu, walaupun perlu dilihat seberapa signifikan rebound dari komponen investasi di tahun depan," pungkasnya. (NIA)

SHARE