Atasi Krisis Energi, Jerman Kucurkan Bantuan hingga Rp224,5 T untuk Importir Gas
Jerman mengucurkan dana bantuan hingga 15 miliar euro, atau sekitar Rp224,5 triliun, untuk membantu kondisi keuangan Uniper.
IDXChannel - Keterbatasan pasokan yang membuat harga energi melambung benar-benar membuat negara-negara Eropa kelimpungan. Salah satunya adalah Jerman, yang selama ini sangat bergantung pada pasokan gas dari Rusia.
Guna mencoba mengatasi krisis yang terjadi, Jerman mengucurkan dana bantuan hingga 15 miliar euro, atau sekitar Rp224,5 triliun, untuk membantu kondisi keuangan perusahaan importir gas terbesar di negara tersebut, Uniper.
Bantuan tersebut dinilai layak diberikan, lantaran Uniper telah menghabiskan sebagian besar persediaan modalnya untuk dapat memastikan pasokan gas untuk masyarakat Jerman, meski dengan harga yang menjulang seiring terpangkasnya jumlah pasokan secara signifikan akibat perang Rusia-Ukraina.
Sebelumnya, produsen gas Rusia, Gazprom, telah mengkonfirmasi kebijakannya yang bakal menghentikan pasokan gas ke Eropa menyusul terganggunya jaringan pipa Nord Stream, yang selama ini menjadi sarana distribusi utama pengiriman gas dari Rusia ke Eropa.
Alhasil, Jerman terpaksa harus berebut pasokan gas yang terbatas itu dengan negara-negara Eropa yang juga mengalami permasalahan yang sama. Pemerintah Negeri Panser telah berupaya menghemat konsumsi domestiknya, di mana cadangan gas nasional yang tersedia saat ini tercatat sebanyak 90 persen dari total kapasitas tangki penyimpanan.
Menteri Ekonomi Jerman, Robert Habeck, masih merasa yakin bahwa negaranya akan mampu melewati musim dingin dengan cadangan gas yang tersedia, namun mulai khawatir pada kondisi beberapa waktu setelahnya. Salah satu skenario terburuk yang dikhawatirkan adalah terpaksa harus berhentinya kinerja industri domestik Jerman, serta risiko warga yang terpaksa harus menjalani musim dingin terburuk, tanpa fasilitas pemanas yang cukup.
Sementara, Herbert juga masih dibuat pusing atas gelombang yang dari sebagian masyarakat Jerman, yang memprotes tingginya retribusi gas musim dingin yang baru-baru ini diumumkan, yang kembali harus melonjak 0,024 euro per kilowatt jam. (TSA)
Penulis: Rita Hanifah