Avtur Mau Diganti Minyak Jelantah, Ini Kata Dirut Garuda (GIAA)
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyambut baik wacana pemerintah untuk menggantikan bahan bakar pesawat terbang dengan minyak jelantah.
IDXChannel - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menyambut baik wacana pemerintah untuk menggantikan bahan bakar pesawat terbang menggunakan minyak jelantah. Rencana itu dinilai baik untuk keberlangsungan industri penerbangan dalam upaya menurunkan emisi gas buang.
Meski demikian, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, terkait harganya saat ini, memang masih didiskusikan lebih lanjut bersama pihak-pihak terkait termasuk pemerintah. Termasuk penambahan beban biaya untuk belanja bahan bakar, dan bisa berdampak pada harga tiket pesawat.
"Harganya entar dulu lah. Belum apa-apa sudah nanya harganya," ujar Irfan saat ditemui di Jakarta, Kamis (20/6).
Irfan mengaku, perseroan akan mendukung upaya pemerintah untuk mengganti bahan bakar pesawat menggunakan minyak jelantah atau Sustainable Aviation Fuel (SAF). Sebab hal itu juga sejalan dengan komitmen perusahaan maskapai di seluruh dunia dalam rangka menurunkan emisi karbon.
"Kita support, kan memang SAF itu harus untuk kemudian kita melakukan penggantian dari avtur menjadi SAF. Tinggal dicampur apa nanti, yang kemarin kita tes kan dicampur dengan sawit ya," kata Irfan.
"Kita komitmen mendukung itu, dan asal tahu saja kita airlines satu-satunya di Republik ini yang sudah punya unit sustainability," sambungnya.
Pada kesempatan yang berbeda, Analis Independen Bisnis Penerbangan Nasional, Gatot Rahardjo menuturkan, penggunaan SAF sebagai bahan bakar pesawat masih menyimpan isu besar terkait dampaknya pada harga tiket pesawat.
Menurut Gatot, saat ini masih lebih mahal dari avtur karena melewati proses produksi yang lebih panjang. Belum lagi masalah ketersediaan produk juga harus benar-benar dipastikan karena permintaan akan semakin banyak jika sudah masuk dalam industri penerbangan.
"Ada beberapa tantangan dalam menggunakan SAF, yaitu kontinuitas ketersediaan SAF, harganya (sampai saat ini harganya lebih mahal dari avtur), aturan dan sertifikasi, infrastruktur pendukung, seperti penyelenggaraan di bandara, persepsi publik terkait keselamatan jika menggunakan SAF," ujar Gatot.
(FAY)