ECONOMICS

Badai Covid-19 India, Banyak Jasad Terlantar di Krematorium

Dimas Andhika 23/04/2021 15:22 WIB

Secara keseluruhan, India mencatat ada 15,9 juta kasus infeksi Covid-19 hingga 22 April 2021.

India mengalami badai Covid-19. (Foto: AlJazeera)

IDXChannel - India tercatat sebagai negara dengan laju penyebaran Covid-19 tercepat di dunia dan peningkatan kasus harian tertinggi dalam sejarah pandemi. Fakta ini membuat India mengalami krisis perawatan kesehatan yang mematikan.

Secara keseluruhan, India mencatat ada 15,9 juta kasus infeksi Covid-19 hingga 22 April 2021. Meski angka tersebut berada di posisi kedua dunia setelah Amerika Serikat. Tapi, angka kematian di India cukup tinggi yaitu 184.657 kasus.

Vaksinasi yang dilakukan pemerintah India sudah mencapai 2,7 juta dosis, tapi ini masih jauh dari angka aman. Efeknya, tabung oksigen mulai menipis, ruang ICU semakin sulit ditemukan, dan fakta menyedihkan yang sangat pilu adalah banyak jasad pasien Covid-19 menumpuk di krematorium.

#Apa yang sebenarnya terjadi dengan India?

Menurut laporan CTV News, mimpi buruk ini bisa terjadi akibat lengahnya pemerintah India karena sudah merasa aman. Ya, India melaporkan penurunan kasus yang secara konstan selama 30 minggu berturut-turut.

Sampai akhirnya pada pertengahan Februari 2021, para ahli mengatakan bahwa negara India gagal memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menambah infrastruktur perawatan kesehatan dan program vaksinasi yang tidak agresif.

"India hampir sukses mengatasi pandemi," kata Bhramar Mukherjee, seorang ahli biostatistik di Universitas Michigan yang ikut mengamati pandemi India.

"Buruknya, pemerintah India dinilai tidak siap menghadapi lonjakan kasus, padahal peringatan dan saran tindakan pencegahan sudah disampaikan para ahli," tambah K. Srinath Reddy, presiden Yayasan Kesehatan Masyarakat India.

Salah satu alasan kondisi semakin buruk adalah pemerintah India juga tidak menjeda festival atau acara keagamaan yang memungkinkan banyak orang berkumpul di satu lokasi. Kejadian itu sangat memungkinkan untuk munculnya lonjakan kasus.

"Pihak berwenang di seluruh India, tanpa kecuali, menempatkan prioritas kesehatan masyarakat di belakangan acara festival," tegas Reddy.

Akibatnya, rata-rata kasus harian di India selama dua minggu terakhir dari 6,75 kasus baru per 100.000 orang pada 6 April, kini menjadi 18,04 kasus baru per 100.000 pada 20 April. "Sialnya lagi, kasus varian baru di India semakin banyak ditemukan," kata para ahli.

#Mengapa sistem kesehatan India 'collapse'?

India diketahui hanya menganggarkan sedikit dana untuk sistem kesehatan, jauh lebih rendah dibanding pengeluaran belanja negara lainnya.

Lalu, India menerapkan 'lockdown' sebagai bentuk antisipasi penyebaran virus Corona yang semakin luas. Tapi, upaya ini malah membawa kesulitan yang mengerikan bagi jutaan orang. Ya, meski 'lockdown' tapi pekerja perawatan kesehatan tambahan tidak diperhatikan, atau India tidak membangun rumah sakit darurat, bahkan tidak menambah jumlah kasur di rumah sakit.

"Artinya, pihak berwenang tidak mengambil pandangan jangka panjang dari pandemi," kata Dr Vineeta Bal, ahli sisten kekebalan di Institut Pendidikan dan Penelitian Sains India di kota Pune.

"Saran untuk perbaikan permanen seperti menambah kapasitas rumah sakit yang ada atau mempekerjakan lebih banyak ahli epidemiologi untuk membantu melacak virus diabaikan secara luas," tambah dr Bal.

Sekarang pihak berwenang berjuang untuk menghidupkan kembali banyak tindakan darurat.

Setahun yang lalu, India berhasil menghindari kekurangan oksigen medis yang melanda Amerika Latin dan Afrika setelah negara itu mengubah sistem manufaktur oksigen industri menjadi jaringan kelas medis.

Tetapi banyak fasilitas kembali memasok oksigen ke industri dan sekarang beberapa negara bagian India menghadapi kekurangan sehingga Kementerian Kesehatan mendesak rumah sakit untuk menerapkan penjatahan.

Pemerintah pada Oktober mulai membangun pabrik baru untuk menghasilkan oksigen medis, tetapi sekarang, sekitar enam bulan kemudian, masih belum jelas apakah ada yang telah beroperasi. Kementerian Kesehatan India pun mengatakan bahwa sekarang tahapnya adalah 'peninjauan ulang untuk penyelesaian awal'.

#Apa langkah selanjutnya yang harus dilakukan India?

India dihadapkan pada tantangan besar untuk mencoba mencegah sistem perawatan kesehatannya agar tidak semakin runtuh sampai cukup banyak orang yang dapat divaksinasi agar secara signifikan mengurangi penambahan jumlah pasien.

Kabar baiknya adalah bahwa India adalah produsen utama vaksin, tetapi bahkan setelah menghentikan ekspor besar vaksin pada Maret lalu untuk mengalihkannya ke penggunaan domestik, masih ada pertanyaan apakah produsen dapat memproduksi cukup cepat untuk menyelamatkan negaranya sendiri?

"Vaksinasi adalah salah satu cara untuk memperlambat penyebaran - tetapi ini sangat tergantung pada kecepatan dan ketersediaan dosis vaksin," kata Reddy dari Public Health Foundation.

Sudah beberapa negara bagian mengatakan mereka kekurangan vaksin - meskipun pemerintah federal menyangkalnya.

India mengatakan minggu lalu akan mengizinkan penggunaan semua vaksin Covid-19 yang telah mendapat lampu hijau dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) atau regulator di Amerika Serikat, Eropa, Inggris atau Jepang.

Pada Senin lalu, mereka mengatakan akan segera memperluas program vaksinasi dari orang-orang berusia 45 tahun ke semua orang dewasa, sekitar 900 juta orang. Jumlah ini jauh lebih banyak dari seluruh populasi gabungan negara-negara di Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Sementara itu, Reddy mengatakan beberapa negara bagian harus menerapkan penguncian baru tetapi untuk jangka panjang. Ini yang kemudian dilakukan Inggris yaitu menutup pintu masuk India ke negaranya.

"Sebagai masyarakat, penting bagi kita untuk menjaga langkah-langkah kesehatan masyarakat seperti tetap menggunakan masker, menjaga jarak secara fisik, dan menghindari keramaian," katanya. (TIA)

SHARE