Badai di Depan Mata, RI Bisa Selamat atau Masuk Jurang Resesi?
Resesi global 2023 disebut jadi ancaman serius bagi ekonomi Indonesia.
IDXChannel - Resesi global 2023 disebut jadi ancaman serius bagi ekonomi Indonesia. Bahkan tidak ada satupun negara yang aman dari resesi.
Hal tersebut diungkapkan Ekonom dan Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira.
Menurutnya, probabilitas terjadinya resesi masih ada, meski sekarang angkanya kecil. Dia menambahkan, terdapat tiga transmisi resesi global ke ekonomi domestik.
Pertama, lewat sektor keuangan melalui pelemahan kurs hingga naiknya tingkat suku bunga secara agresif. Kedua, lewat perdagangan, di mana kinerja perdagangan alami penurunan surplus akibat permintaan negara mitra dagang utama menurun.
"Dan ketiga, volatilias harga komoditas membuat inflasi di dalam negeri meningkat dan ciptakan krisis biaya hidup bagi kelompok rentan," jelasnya kepada MPI, Selasa (25/10/2022).
Bhima menambahkan, Indonesia masuk dalam negara dengan probabilitas terjadi resesi, meski baru 3% menurut data Bloomberg, jauh lebih baik dibandingkan China, Jepang dan Thailand.
Lebih jauh dia menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia terbilang cukup baik pada kuartal ke II-2022, yakni 5,44% year on year. Tapi Indonesia perlu mengejar ketertinggalan, karena pesaing di wilayah ASEAN, seperti Vietnam dan Filipina masing-masing mencatatkan pertumbuhan 7,7% dan 7,4% pada kuartal yang sama.
"Pada saat resesi ekonomi terjadi, pelaku usaha termasuk sektor manufaktur akan mencari lokasi basis produksi di negara yang mampu berikan pertumbuhan tinggi" jelasnya.
Cadangan devisa Indonesia sampai September 2022, lanjut Bhima adalah sebesar USD130,8 miliar. Angka ini masih relatif tinggi meski ada koreksi. Tapi dibandingkan dengan PDB, rasio cadangan devisa sebesar 8,4%. Perlu didorong agar kemampuan dalam intervensi stabilitas kurs rupiah semakin baik.
"Perlindungan sosial terhadap PDB baru mencapai 2,5% pada 2023. Sementara dibutuhkan setidaknya 4-5% rasio anggaran perlindungan sosial untuk menahan lonjakan angka kemiskinan baru akibat resesi dan inflasi," Bhima mengatakan.
Dia melanjutkan, di bidang pangan Peringkat Indonesia dalam Global Food Security Index tahun 2022 menempatkan Indonesia di posisi ke-63 dunia, jauh lebih rendah dibanding Turki, Vietnam bahkan Rusia.
"Kerentanan pangan perlu dijawab dengan peningkatan alokasi subsidi pupuk, memastikan pangan lokal mampu mengurangi ketergantungan impor, dan bantuan pembiayaan lebih besar bagi petani tanaman pangan" tandas Bhima.
(FAY)