Bali Jadi Incaran Wisatawan saat Nataru, 144 Ribu Tiket Pesawat Ludes Terjual
AP I mempekirakan penerbangan Jakarta-Bali menjadi rute terpadat saat libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru).
IDXChannel - PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I mempekirakan penerbangan Jakarta-Bali menjadi rute terpadat saat libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru).
Direktur Utama AP I Faik Fahmi menjelaskan, perkiraan tersebut berdasarkan data penjualan tiket pesawat per 10 Desember tahun ini yang ludes sebanyak 144.000.
"Berdasarkan tiket yang terjual, dari data posisi 10 Desember (2022) untuk domestik yang paling padat adalah jalur Cengkareng-Denpasar," ungkap Faik saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Rabu (14/12/2022).
Sementara rute terpadat kedua diperkirakan terjadi untuk penerbangan Denpasar-Surabaya dengan jumlah tiket terjual sebanyak 33.0000. Lalu, Jakarta-Surabaya dengan jumlah 17.000 tiket terjual, Jakarta - Yogyakarta terjual 15.000 tiket, diikuti Batam - Kualanamu (Medan) sebanyak 14.000 tiket terjual.
Untuk penerbangan internasional, rute terpadat diprediksi terjadi untuk penerbangan Denpasar-Singapura, Denpasar - Kuala Lumpur, Denpasar - Melbourne, dan Denpasar - Sydney.
"Ini posisi 10 Desember, tapi berdasarkan perkembangan terakhir, biasanya kalau domestik ini kenaikannya cukup signifikan di 2 minggu sebelum hari H. Dan kemudian internasional juga paling banyak rute paling banyak sekarang di Turki Istanbul karena bebas visa dan kemudian ke Australia dan Singapura," ucap Faik.
Di lain sisi, Indonesia mengalami kelangkaan pesawat terbang saat libur Nataru. Angkasa Pura I pun khawatir kelangkaan membuat harga tiket pesawat menjadi mahal.
Faik menyebut jumlah pesawat yang beroperasi saat ini minim. Tercatat hanya ada 402 pesawat yang dioperasikan. Angka tersebut baru 62 persen dari jumlah pesawat yang beroperasi pada periode Nataru 2019 yakni 650 armada.
"Ini saya kira yang akan menjadi isu dalam pelaksanaan Nataru, kemungkinan keterbatasan jumlah pesawat sehingga menimbulkan harga tiket cenderung tinggi karena demand-nya kuat tapi pesawat yang dioperasikan masih sangat terbatas," tutur dia.
(DES)