Bambang Brodjonegoro Sebut Judol dan Air Kemasan Biang Kerok Kelas Menengah Jatuh Miskin
Menteri Keuangan (Menkeu) 2014-2016, Bambang Brodjonegoro, menyebut judi online (judol) dan air kemasan menjadi biang kerok kelas menengah jatuh miskin.
IDXChannel – Menteri Keuangan (Menkeu) 2014-2016, Bambang Brodjonegoro, menyebut judi online (judol) dan air kemasan menjadi biang kerok kelas menengah jatuh miskin.
Menurut Bambang, selain adanya tren pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di Indonesia, judol dan konsumsi air galon juga punya peran penting dalam menggerus kantong kelas menengah.
"Judi online itu dampaknya luar biasa dan yang terlibat banyak di kelas menengah, aspiring middle class dan mungkin yang hampir miskin," kata Bambang dalam diskusi di kantor Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), Jumat (30/8/2024).
Ekonom senior tersebut juga menilai judol memiliki sifat yang adiktif sehingga cepat sekali menghabiskan pemasukan masyarakat. Sementara kebiasaan konsumsi air kemasan turut menghambat masyarakat untuk bisa berhemat.
"Yang selama ini juga secara tidak sadar itu sudah menggerus income kita lumayan dengan style kita yang mengandalkan semua kepada air galon, air botol, dan segala macamnya," tuturnya.
Kebiasaan mengonsumsi air kemasan tidak terjadi di semua negara. Dia mencontohkan warga kelas menengah di negara maju justru mengandalkan air minum yang disediakan di fasilitas umum.
Dengan adanya fasilitas air minum gratis di fasilitas umum itu, masyarakat negara maju tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minum.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kelas menengah di Indonesia menjadi rentan selama 10 tahun terakhir.
Hal ini tercermin dari modus pengeluaran sebagian besar penduduk kelas menengah yang cenderung lebih dekat ke batas bawah pengelompokan kelas menengah bawah.
Selain modus pengeluaran, BPS juga mencatat selama lima tahun terakhir jumlah kelas menengah terus turun diiringi oleh jumlah masyarakat rentan miskin yang naik.
Pergeseran ini mengindikasikan turunnya banyak kelas menengah ke level ekonomi yang lebih rendah. Bukan hanya itu, faktor lain dari efek pandemi rupanya masih memiliki peran.
(Febrina Ratna)