ECONOMICS

Bapanas Pastikan Bansos Beras 10 Kilogram Mampu Redam Laju Inflasi

Suparjo Ramalan 22/12/2023 09:09 WIB

Periode pertama penyaluran bantuan pangan beras diberikan pada Maret, April, Mei 2023 kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM).

Bapanas Pastikan Bansos Beras 10 Kilogram Mampu Redam Laju Inflasi (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan bantuan sosial (Bansos) beras 10 kilogram (Kg) mampu meredam laju inflasi, di tengah gejolak harga beras di Tanah Air akibat menurunnya produksi pada 2023 ini. 

Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi mengakui, implementasi penyaluran bansos beras tidak mudah lantaran kondisi geografis dengan 17.000 pulau. Namun, hingga kini penyaluran bantuan pangan telah menjangkau 1,5 juta titik di seluruh Indonesia. 

“Ini satu-satunya di dunia karena tidak ada yang bisa seperti kita. Terbukti, inflasi kita sangat baik 2,8 persen (year on year/yoy per November 2023) yang itu tidak banyak dicapai oleh negara-negara di dunia,” ujar Arief dalam diskusi dengan wartawan, ditulis Jumat (22/12/2023). 

Sebagai informasi, periode pertama penyaluran bantuan pangan beras diberikan pada Maret, April, Mei 2023 kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Di mana, setiap keluarga mendapatkan bantuan beras sebanyak 10 kg per bulan. 

Dampak dari disalurkannya bantuan pangan itu terlihat dari penurunan inflasi beras yang direkam Badan Pusat Statistik (BPS). 

Tercatat, inflasi beras pada Maret turun menjadi 0,7 persen dari bulan sebelumnya yang tembus 2,63 persen. Kemudian menurun lagi jadi 0,55 persen pada April dan menjadi 0,02 persen di Mei. 

Melihat dampak positif terhadap penurunan inflasi, bantuan beras diberikan kembali pada September, Oktober, November untuk 21,3 juta KPM.

BPS pun mencatat, angka inflasi beras pada November lalu melandai jadi 0,43 persen, setelah sebelumnya sempat merangkak naik saat bantuan disetop. 

Pemerintah kemudian memperpanjang lagi bansos beras pada Desember ini. Tahun depan, bantuan pangan beras akan diberikan lagi hingga Juni 2024. Bulog pun ditugaskan menyiapkan kebutuhan pasokan dalam penyaluran bantuan beras. 

Arief menambahkan, penyaluran bantuan pangan juga sedikit banyak membantu laju pertumbuhan ekonomi. 

Tercatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil di level 4-5 persen atau melebihi dari laju inflasi. Hal itu, lanjut Arief, sejalan dengan instruksi Presiden Joko Widodo agar pertumbuhan ekonomi melaju di atas inflasi. 

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, menambahkan, langkah pemerintah untuk mengendalikan inflasi lewat bantuan pangan menjadi langkah cerdas di tengah sulitnya situasi. Capaian penurunan inflasi beras dinilainya menjadi salah satu yang terbaik bila dibandingkan negara lainnya. 

“Ini cukup cerdas. Ke depan kita akan lanjutkan dan salah satu syaratnya punya stok. Itu kuncinya,” ujar dia. 

Dia menuturkan, pemerintah telah memberikan penugasan impor sebanyak 2 juta ton beras tahun 2024 untuk memperkuat cadangan Bulog. Sembari penyerapan dalam negeri juga terus dilakukan. 

Bayu pun menambahkan, sektor pangan nasional dihadapkan pada gelombang turunnya produksi imbas iklim kemarau ekstrem El Nino yang melanda Indonesia. Di sisi lain, terdapat kenaikan biaya produksi pertanian akibat kenaikan harga-harga dari pupuk, BBM, hingga biaya angkutan akibat faktor global. 

Pada saat bersamaan, banyak negara-negara membatasi bahkan menyetop ekspor berasnya. Ketiga faktor itu lantas membuat harga beras naik dan terasa di Indonesia hingga saat ini. 

“Kita belum bisa turunkan harganya, tapi inflasinya bisa dikendalikan, fluktuasinya bisa dikendalikan, karena fluktuasi itu sangat tidak nyaman buat konsumen,” kata Bayu.

(SAN)

SHARE