ECONOMICS

BBM Pertalite Dituduh Boros, YLKI Duga Ada Oknum SPBU Nakal Kurangi Takaran

Heri Purnomo 12/10/2022 16:31 WIB

YLKI mendesak PT Pertamina (Persero) untuk tidak hanya fokus melakukan uji kualitas BBM dengan kandungan RON 90 tersebut.

BBM Pertalite Dituduh Boros, YLKI Duga Ada Oknum SPBU Nakal Kurangi Takaran. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Sejak kenaikan harga menjadi Rp10 ribu per liter, bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite terus dituding boros. Namun, anggapan itu tidak terbukti dalam pengujian.

Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menanggapi hal tersebut mengenai pemakaian BBM jenis Pertalite yang dianggap lebih boros. Isu ini berembus kencang usai Pertalite mengalami penyesuaian harga menjadi Rp10.000 per liter dari sebelumnya Rp 7.650 per liter.

Ketua Harian YLKI Tulus Abadi menduga adanya keberadaan SPBU nakal yang sengaja mengurangi takaran produk BBM. Sehingga, konsumen dirugikan akibat tidak memperoleh BBM sesuai takaran semestinya.

"Bisa jadi konsumen yang mengaku Pertalite lebih boros, karena menjadi korban dari ulah/oknum SPBU nakal yang diduga mengurangi takaran," kata Tulus kepada awak media di Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Untuk itu, YLKI mendesak PT Pertamina (Persero) untuk tidak hanya fokus melakukan uji kualitas BBM dengan kandungan RON 90 tersebut. Tulus meminta, Pertamina juga memperketat pengawasan terhadap SPBU untuk memastikan takaran BBM yang dibeli konsumen sudah tepat.

Sebagaimana diketahui, Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) pun melakukan pengujian Pertalite dengan sampel secara acak. Pengujian dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi (PPPTMGB) atau Lemigas.

"Dengan ini tidak terindikasi adanya batasan mutu off-spec. Semuanya on-spec (sesuai standar)," kata Dirjen Minyak dan Gas Kementerian ESDM, Tutuka Ariadji.

Sementara itu, ahli otomotif Mukiat Sutikno menilai positif hasil uji mutu Pertalite oleh Lemigas. Hasil uji tersebut yang menunjukkan, bahwa Pertalite telah memenuhi standar dan mutu BBM jenis RON 90 yang dipasarkan di dalam negeri.

"Harusnya kalau tidak ada perubahan dari kualitas Pertalite, menurut saya tidak boros bagi kendaraan," kata Mukiat. (NIA)

SHARE