Begini Risikonya Jika Peringkat Kredit Amerika Serikat Turun
Kebuntuan negosiasi plafon utang AS memaksa lembaga pemeringkat kredit Fitch Rating untuk mempertimbangkan status peringkat kredit negeri Paman Sam.
IDXChannel - Kebuntuan negosiasi plafon utang antara pemerintah eksekutif dan parlemen Amerika Serikat (AS) memaksa lembaga pemeringkat kredit Fitch Rating untuk mempertimbangkan status peringkat kredit negeri Paman Sam.
Fitch Rating telah menempatkan peringkat kredit AS dalam risiko penurunan jika pemerintah berpotensi tidak akan dapat mencapai kesepakatan untuk menaikkan plafon utang dan membayar utangnya.
Fitch, pada Rabu (24/5), mengatakan pihaknya masih mengharapkan ada penyelesaian tetapi ada peningkatan risiko plafon kredit itu tidak akan dinaikkan pada waktunya.
Tak hanya Fitch, perusahaan pemeringkat China juga menurunkan peringkat atas AS.
China Chengxin International Credit Rating Co. (CCXI), perusahaan patungan dengan Moody's Investors Service, menurunkan rating AS satu tingkat menjadi AA+ dari AAA pada Kamis (25/05/2023).
Lalu apa saja dampaknya jika rating kredit AS jeblok?
Dampak Penurunan Peringkat Kredit Negara
Mengutip Investopedia, peringkat kredit negara atau Sovereign Credit Rating adalah penilaian independen atas kelayakan kredit suatu negara atau entitas berdaulat.
Peringkat kredit yang berdaulat dapat memberi investor wawasan tentang tingkat risiko yang terkait dengan investasi dalam utang kepada negara tertentu, termasuk risiko politik yang mengintai.
Atas permintaan negara, lembaga pemeringkat kredit akan mengevaluasi lingkungan ekonomi dan politiknya untuk memberikan peringkat utang.
Banyak negara mencari peringkat dari lembaga pemeringkat kredit terbesar dan terkemuka untuk mendorong kepercayaan investor.
Tiga lembaga pemeringkat yang terkenal dan berpengaruh di antaranya Standard & Poor's, Moody's, dan Fitch Ratings.
Beberapa lembaga pemeringkat kredit terkenal lainnya di antaranya China Chengxin International Credit Rating Company, Dagong Global Credit Rating, DBRS, dan Japan Credit Rating Agency (JCR).
Berikut sejumlah negara dengan peringkat kredit terbaik, termasuk di dalamnya Amerika Serikat:
Sementara, masing-masing lembaga pemeringkat menggunakan skala yang berbeda-beda, di mana masing-masing menetapkan peringkat sebagai nilai huruf untuk utang jangka panjang.
Peringkat AAA adalah peringkat kredit tertinggi, sedangkan peringkat D atau C adalah yang terendah. (Lihat tabel di bawah ini.)
Memperoleh peringkat kredit negara yang baik biasanya penting bagi negara-negara berkembang yang menginginkan akses ke pendanaan di pasar obligasi internasional.
Selain untuk menerbitkan obligasi di pasar utang luar negeri, peringkat kredit penting untuk menarik investasi asing langsung (FDI) bagi negara-negara di dunia.
Risiko kredit negara yang tercermin dalam peringkat kredit negara ini menggambarkan kondisi apakah pemerintah mampu atau tidak mampu untuk memenuhi kewajiban utangnya di masa mendatang.
Beberapa faktor kunci juga berperan dalam memutuskan seberapa berisiko berinvestasi di negara atau wilayah tertentu. Di antaranya rasio layanan utang, pertumbuhan pasokan uang domestik, rasio impor, dan varian pendapatan ekspor.
Penurunan rating kredit AS sebenarnya bukan menjadi yang pertama. Pada 5 Agustus 2011, peringkat kredit pemerintah AS sempat diturunkan oleh Standard & Poor's, dari awalnya berpredikat AAA (luar biasa) menjadi AA+ (sangat baik) juga karena sentimen plafon utang yang tak berkesudahan.
“Kami menurunkan peringkat jangka panjang AS karena kami percaya bahwa kontroversi yang berkepanjangan mengenai peningkatan plafon utang wajib dan debat kebijakan fiskal terkait menunjukkan proses yang kontroversial,” tulis laporan Standard & Poor's pada 5 Agustus 2011 lalu.
Kondisi ini tak jauh beda dengan yang terjadi hari ini di mana ketidakstabilan politik lebih terlihat jika menyangkut diskusi plafon utang ini.
Bahkan, ekonom cum peraih Nobel Prize, Paul Krugman, mengatakan tidak terlalu khawatir soal apakah AS akan mengalami gagal bayar utang atau tidak.
Namun, ia khawatir dengan risiko huru-hara politik terkait plafon utang akan berdampak bagi kemakmuran di negara tersebut di masa depan. (ADF)