ECONOMICS

Bensin Mahal? Begini Perhitungan Biaya Ubah Minyak Mentah Jadi BBM

Rizky Fauzan 24/09/2022 14:30 WIB

Secara perhitungan, refinery margin adalah selisih antara harga BBM yang dihasilkan kilang dengan harga minyak mentah.

Kenapa Bensin Mahal? Begini Perhitungan Biaya Mengubah Minyak Mentah Jadi BBM. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral pada era Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo (Jokowi), Arcandra Tahar, mengungkap ongkos produksi untuk mengubah minyak mentah menjadi bahan bakar minyak BBM (Pertalite, Pertamax, diesel dll) atau disebut refenery margin

Secara perhitungan, refinery margin adalah selisih antara harga BBM yang dihasilkan kilang dengan harga minyak mentah.

Arcandra membeberkan dalam lima tahun terakhir refinery margin berada dalam kisaran di bawah USD10/barel. Namun, pada Mei, Juni, dan Juli 2022, refinery margin di Singapura bisa mencapai USD30/barel. Sementara refinery margin di Eropa dan Amerika Serikat jauh lebih tinggi lagi.

"Kalau kita buat perhitungan sederhana, dengan harga minyak mentah USD70/barel maka harga BBM yang dihasilkan dengan refinery margin USD30/barel menjadi USD100/bbl. Sementara jika menggunakan menggunakan asumsi refinery margin dalam 5 tahun terakhir, maka harga BBM hanya USD80/barel," jelas Arcandra dalam akun instagramnya resminya, Sabtu (24/9/2022). 

"Artinya di tahun 2022 ini, harga BBM menjadi semakin mahal akibat naiknya refinery margin di berbagai kilang di dunia," imbuh dia.


 
Arcandra yang saat ini menjabat Komisaris Utama PT Pertamina Gas Negara (PGN) menuturkan kenaikan refinery margin akibat harga minyak mentah mengikuti harga acuan (index), seperti Brent dan West Texas Intermediate (WTI). 

Selain itu juga banyak faktor yang memengaruhi harga index ini seperti supply, demand, perang, dan lain-lain. Disisi lain, harga BBM ditentukan oleh jenis BBM apa yang dibutuhkan pada waktu tertentu. 

"Misalnya, pada saat musim panas banyak orang yang traveling menggunakan mobil yang berbahan bakar Ron92, di mana harga pada saat itu bisa lebih mahal dibandingkan diesel. Jadi pergerakan harga Ron92 tidak mengikuti pergerakan harga minyak mentah dunia," tutur Arcandra. 

Arcandra beranekdot dengan mengatakan bahwa untuk memproduksi BBM tak ubahnya seperti restoran padang yang membuat rendang. Bahan baku utama rendang adalah daging sapi atau kerbau.

Harga sapi misalnya ditentukan oleh supply demand pada waktu tertentu. Pada saat hari raya Iduladha, kebutuhan sapi akan meningkat sehingga harganya akan naik. 

"Tapi apakah ongkos untuk membuat rendang akan naik pada saat itu? Belum tentu," kata dia.

"Kalau kita punya acara yang anggarannya terbatas dan harus menyediakan menu rendang setiap saat, maka membeli rendang yang siap santap mungkin akan mahal," tambahnya. 

Arcandra menjelaskan, agar fluktuasi harga rendang lebih terjamin, salah satu solusi yang tepat adalah membuat dapur sendiri yang tidak saja bisa membuat rendang, tapi juga bisa membuat masakan padang yang lain. 

Dalam konteks BBM, tentunya butuh investasi dan kesabaran agar bisa membuat kilang yang memberikan margin yang baik. (NIA)

SHARE