ECONOMICS

Berguru dari Sri Asih, Ubah Sampah Jadi Emas Beromzet Jutaan per Bulan

taufan sukma 23/03/2024 20:16 WIB

Bank Sampah Asri Mandiri sendiri merupakan bagian dari unit kegiatan yang berada dalam naungan Desa Wisata Benteng.

Berguru dari Sri Asih, Ubah Sampah Jadi Emas Beromzet Jutaan per Bulan (foto: MNC Media)

IDXChannel - "Someone is sitting in the shade today because someone planted a tree a long time ago (Seseorang sedang duduk di bawah naungan hari ini karena seseorang sudah lama menanam pohon)."

Pesan tersebut pernah disampaikan oleh maestro dunia di bidang investasi, Warren Buffett, tentang pentingnya meninggalkan warisan (legacy) yang baik untuk generasi mendatang.

"Karena kalau warisan berupa uang, bisa habis. Tapi kalau ilmu, Insya Allah akan terus bermanfaat. Apalagi ini tentang menjaga bumi dan lingkungan, untuk masa depan yang lebih baik," ujar Sri Asih Wirasatati, saat ditemui di kantornya, pekan lalu.

Bu Asih, begitu wanita berkacamata ini biasa disapa, adalah Ketua sekaligus salah satu pelopor berdirinya Bank Sampah Asri Mandiri, di Desa Benteng, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor.

Bank Sampah Asri Mandiri sendiri merupakan bagian dari unit kegiatan yang berada dalam naungan Desa Wisata Benteng, yang sejak 2022 lalu sukses menjadi salah satu dari lima pemenang Program Pendampingan Desa BRILian, yang digelar oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), atau Bank BRI.

Atas kemenangan tersebut, Desa Wisata Benteng pun berhak menerima dana hibah sebesar Rp1 miliar, yang dibagi pada seluruh unit kegiatan di bawah naungannya, termasuk juga Bank Sampah Asri Mandiri, dalam bentuk pengadaan sarana-prasarana penunjang kegiatan.

"Alhamdulillah, (dana hibah Desa BRILian) sangat membantu dalam hal melengkapi segala peralatan operasional. Untuk perbaikan kantor juga, sehingga kinerja lebih bagus. Nasabah saat menyetor sampah ke sini juga jadi lebih nyaman," ujar Asih.

Kepenuhan

Asih berkisah, kegiatan Bank Sampah Asri Mandiri pertama kali tercetus di RW 6, Desa Benteng, pada Desember 2013 lalu. Ide mendirikan bank sampah diakui Asri awalnya lantaran terpaksa, seiring dengan terlalu penuhnya (over capacity) Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) di Galuga, Kecamatan Cibungbulang.

Padahal, sudah sejak lama seluruh sampah yang dihasilkan oleh warga Desa Benteng dibuangnya ke TPA tersebut.

"Sehingga mau tidak mau, kalau pun kita tetap membuang ke sana (TPA Galuga), paling nggak kita harus kurangi volumenya. Maka solusinya adalah memilah kembali sampah yang ada. Yang masih bisa dimanfaatkan, didaur ulang, dan masih punya nilai ekonomi, kita pisahkan dan kelola di bank sampah ini," tutur Asih.

Pertama diinisiasi, sebagian besar warga masih merasa kesulitan dalam hal memilah sampah rumah tangganya. Selain itu, proses mengangkut sampah yang telah disortir untuk dibawa ke bank sampah juga menjadi persoalan tersendiri.

Tak hanya itu, pada masa awal beroperasi, masyarakat penabung sampah relatif masih cukup 'kritis' terhadap harga jual yang diterapkan oleh bank sampah. Namun, seiring berjalannya waktu, dengan proses sosialisasi yang konsisten dijalankan, berbagai kendala tersebut diklaim Asih tidak lagi menjadi masalah yang berarti.

"Awal-awal berjalan dulu nasabah suka nanya harga jual(sampah)nya berapa. Kalau lebih rendah dari tukang rongsok, mereka lebih pilih jual ke sana. Tapi itu hanya sekitar satu-dua tahun awal saja. Setelah itu, sudah tidak jadi masalah lagi," ungkap Asih.

Tak Diambil

Alih-alih mempermasalahkan harga jual, dalam perkembangannya masyarakat disebut Asih justru sudah mulai enggan untuk mengambil uangnya yang telah terkumpul sebagai saldo di tabungan sampahnya.

Jika sebelumnya aturan main yang disepakati adalah saldo tabungan sampah tersebut bakal dibagi setiap setahun sekali bersamaan dengan ulang tahun Bank Sampah Asri Mandiri, maka sejak 2015 mayoritas warga memilih untuk tidak mengambilnya, dan mempercayakannya saja pada pengurus Bank Sampah.

Di satu sisi, menurut Asih, sikap warga tersebut harus disyukuri karena bisa dimaknai sebagai bentuk kepercayaan terhadap para pengurus Bank Sampah Asri Mandiri.

Dengan terus menitipkan tabungan sampahnya, maka dapat disimpulkan bahwa sejauh ini kinerja pengurus telah diapresiasi dan dianggap memang layak dipercaya.

"Cuma kan risiko juga bagi kami untuk menyimpan dana sebesar itu, karena itu kan amanah. Nah sejak 2019, masalah ini teratasi dengan kami bekerja sama menjadi binaan PT Pegadaian (Persero)," papar wanita berhijab tersebut.

Dengan telah menjadi binaan PT Pegadaian (Persero), yang juga merupakan entitas anak usaha dari Bank BRI, Bank Sampah Asri Mandiri kini menawarkan bentuk tabungan emas, di mana setiap rupiah yang didapat warga dari menabung sampah, nantinya dikonversikan dalam bentuk kepemilikan emas.

Dengan cara seperti itu, Asih menjelaskan pengurus bank sampah menjadi lebih diuntungkan karena tidak harus menyimpan dana milik masyarakat dalam jumlah banyak. Seluruh uang itu dikonversikan ke dalam kepemilikan emas, yang bentuk fisik emasnya baru akan diberikan oleh pihak Pegadaian saat si nasabah memilih untuk mencairkan emas miliknya tersebut.

Tak hanya pengurus, masyarakat sebagai nasabah bank sampah diklaim Asih juga menyambut skema ini dengan suka cita, karena seolah bisa 'mengubah' sampahnya di rumah menjadi emas.

"Hampir seluruh nasabah kami, di dua kelurahan, dan juga nasabah-nasabah dari daerah lain, semuanya kini lebih memilih tabungan emas ketimbang tabungan biasa. Walau pun masih ada sedikit nasabah yang masih pilih pakai tabungan biasa, karena butuh dana cash untuk menutup kebutuhan sehari-harinya," urai Asih.

Pandemi

Langkah untuk menabung sampah menjadi emas pun, dikatakan Asih, benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat saat terjadinya pandemi COVID-19 lalu.

Dikisahkan Asih, saat itu banyak masyarakat yang merupakan nasabah Bank Sampah Asri Mandiri yang telah bertahun-tahun mengendapkan dananya dalam bentuk tabungan emas.

Seiring kondisi perekonomian yang semakin sulit, mereka akhirnya baru ingat dan lalu menanyakan perihal tabuangannya ke pengurus Bank Sampah Asri Mandiri.

"Wah itu banyak yang ibaratnya dapat rejeki nomplok. Nggak pernah dihitung, tahu-tahu di tabungan sudah punya dua gram emas, tiga gram, macam-macam. Apalagi saat itu kan (harga) emas lagi tinggi-tingginya. Yang punya dua gram saja, tiba-tiba jadi dapat dana cash Rp2,5 juta. Alhamdulillah," papar Asih.

Tak hanya dapat rejeki nomplok saja, keberadaan Bank Sampah Asri Mandiri sebagai binaan PT Pegadaian dan juga Bank BRI melalui perantara Desa BRILian juga membawa sejumlah kemudahan.

Salah satu yang paling dirasakan manfaatnya adalah bantuan pengadaan armada motor bak yang digunakan pengurus untuk menjemput langsung sampah-sampah dari rumah nasabah. Sehingga, para nasabah tidak perlu lagi repot-repot menyetor ke bank sampah.

Sejak saat itu, dengan segala keparktisan dan manfaat ekonomi yang didapat, jumlah nasabah Bank Sampah Asri Mandiri pun melonjak drastis, mulai dari warga RW tetangga, desa sebelah, hingga kecamatan-kecamatan lain di sekitar kawasan Ciampea.

"Secara total kapasitas (sampah) yang kita kelola sekarang per minggu bisa sekitar 300-kilogram. Dari situ kita pilah-pilah lagi. Yang bisa kita daur ulang, ya kita proses. Baru residunya, yang sudah tidak bisa diolah lagi, kita buang lagi ke Galuga," papar Asih.

Palugada

Dari volume sampah sebanyak itu, Asih menjelaskan, Bank Sampah Asri Mandiri secara rata-rata bisa meraup omzet minimal sekitar Rp2 juta per bulan. Dari dana tersebut, minimal sebesar 20 persen akan dihitung sebagai pemasukan pengurus untuk membiayai kinerja operasional bank sampah.

Baru sekitar 80 sisanya akan dibayarkan kembali ke nasabah sebagai keuntungan yang terkumpul di tabungan masing-masing, baik dalam bentuk tabungan biasa maupun tabungan emas.

Di luar itu, untuk mengakomodasi sebagian warga yang sudah tidak ingin berorientasi pada keuntungan, Bank Sampah Asri Mandiri juga menyediakan kotak-kotak penampungan untuk sedekah sampah.

"Jadi kita wadahi juga warga yang mau agar uang dari sampahnya itu untuk disedekahkan. Biasanya tiap bulan uang dari penjualan sampah kami salurkan ke DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Desa Benteng. Bahkan warga yang non muslim juga banyak yang masukkan sampah botol plastiknya ke kotak sedekah sampah kita," papar Asih.

Dengan semakin banyak menyediakan layanan tersebut, dikatakan Asih Bank Sampah Asri Mandiri berupaya untuk dapat mengakomodir segala macam keinginan dari masyarakat, mulai yang ingin mendapatkan keuntungan dana tunai lewat tabungan sampah, berinvestasi lewat tabungan emas dari sampah, sampai juga yang ingin bersedekah lewat kotak sedekah sampah. Dalam bahasa Betawi, istilahnya Palugada, yaitu 'apa lu mau gua ada'.

Dengan demikian, Asih berharap tidak ada lagi alasan bagi masyarakat untuk tidak ikut mendukung gerakan bank sampah ini. Dengan begitu, secara tidak langsung Bank Sampah Asri Mandiri turut berperan dalam menjaga lingkungan, sekaligus juga meningkatkan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.

"Semoga (upaya) ini, selain juga sebagai tabungan yang dapat membantu meningkatkan ekonomi, juga jadi 'tabungan' kami para pengurus untuk memberikan warisan yang baik untuk masa depan. Gerakan yang baik, kebiasan yang baik, dan tentunya bumi yang semoga bisa terus nyaman untuk ditempati, sampai anak-cucu nanti," tegas Asih.

Tempat Belajar

Peran dan kiprah Bank Sampah Asri Mandiri juga diakui sepenuhnya oleh Ketua Desa Wisata Benteng, Wahyu Syarief Hidayat.

Sebagai lembaga yang menaungi kegiatan bank sampah di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), Wahyu mengaku salut atas semangat dan komitmen para pengurus Bank Sampah Asri Mandiri, sehingga dapat memberikan dampak positif secara maksimal bagi masyarakat Benteng.

"Mereka ini, saya akui, dedikasinya luar biasa. Sejak 2013 lalu berjuang secara mandiri, sama sekali tidak ada bantuan dari desa, dari mana-mana, mereka gotong-royong sendiri hingga sampai sebesar sekarang," ujar Wahyu, saat dihubungi terpisah.

Karenanya, menurut Wahyu, tak sedikit pihak-pihak lain yang datang berkunjung, mulai dari yang hanya ingin tahu, belajar lebih dalam dan bahkan secara khusus ingin mendapat mentoring dari Bank Sampah Asri Mandiri untuk juga dapat membangun gerakan sejenis di wilayahnya.

"Sebagai bagian dari Desa Wisata Benteng, banyak dari pelajar, mahasiswa atau kelompok pecinta lingkungan yang datang untuk belajar ke Bank Sampah Asri Mandiri. Lalu juga para pengurus desa lain, bahkan dari kota-kota lain, datang berguru ke Bu Asih tentang bagaimana caranya menginisiasi bank sampah agar sukses seperti di Benteng ini," tutur Wahyu.

Selain mengajari pihak lain, dikatakan Wahyu, Asih dan para pengurus Bank Sampah Asri Mandiri juga secara aktif terus meningkatkan kemampuan dengan mengikuti berbagai pelatihan tentang pengelolaan bank sampah yang diselenggarakan oleh berbagai pihak.

Bahkan, guna sekaligus refreshing, para pengurus Bank Sampah Asri Mandiri juga secara rutin tiap tahun melakukan kunjungan ke bank sampah di kota-kota lain, untuk dapat studi banding sekaligus melihat langkah-langkah pengembangan yang bisa dilakukan selanjutnya.

RFD

Terbaru, Wahyu menjelaskan, Bank Sampah Asri Mandiri tengah berupaya mencari cara untuk dapat menyuplai sampah ke PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) untuk diolah menjadi refuse derived fuel (RFD) sebagai bahan bakar alternatif dalam proses produksi semen.

Namun, untuk dapat bekerja sama mengirimkan suplai sampah olahan, pihak Indocement mensyaratkan agar  pengiriman stok sampah dapat dilakukan minimal tiap lima ton. Karenanya, pihak Bank Sampah Asri Mandiri sejauh ini masih terkendala lahan guna dapat mengumpulkan stok sampah sebanyak itu.

"Nah (masalah) ini sekarang yang jadi challenge yang mau mereka pecahkan. Karena kami di pemukiman, di perumahan gitu ya, kan susah mau menyetok sampah sampai lima ton gitu. Tapi bukan berarti tidak mungkin. Bu Asih dan tim sedang mencoba mencari solusinya. Dan saya yakin mereka bisa," tegas Wahyu. (TSA)

SHARE