ECONOMICS

BI Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen, Ekonom: Terlalu Optimistis

Michelle Natalia 20/01/2023 13:20 WIB

Target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 oleh BI dinilai terlalu optimistis atau overshoot di tengah banyaknya tantangan dari dalam negeri.

BI Proyeksi Ekonomi RI Tumbuh 5,3 Persen, Ekonom: Terlalu Optimistis. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memproyeksi ekonomi Indonesia bisa tumbuh menembus 5,3% pada 2023. Menanggapi hal itu, Direktur CELIOS Bhima Yudhistira menilai target tersebut terlalu optimistis atau overshoot.

Menurut dia, banyak faktor yang cukup menantang bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. "Karena proyeksi (pertumbuhan) 5,3% ini masih terlalu overshoot di tengah lembaga lain tengah melakukan penurunan proyeksi terhadap ekonomi Indonesia," ujar Bhima kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Jumat (20/1/2023). 

Dia menyebutkan ada beberapa tantangan yang harus dihadapi Indonesia. Pertama, meskipun ketergantungan pada ekspor relatif kecil dan mengandalkan konsumsi domestik, tapi konsumsi domestik juga menghadapi implikasi dari naiknya suku bunga. 

"Ini juga bergantung pada kebijakan BI, kalau suku bunga masih naik agresif, maka kenaikan suku bunga itu bisa mendorong ekonomi melambat, terutama dari konsumsi domestik dan geliat UMKM bisa terhambat kalau penyaluran kreditnya terganggu oleh kenaikan suku bunga," ujar Bhima.

Kedua, hal ini juga tergantung pada kemampuan pemerintah mengendalikan stabilitas harga, terutama menjelang bulan puasa Ramadhan dan hari raya Lebaran. Beberapa komoditas seperti beras, telur, dan kedelai perlu diperhatikan supaya tidak terjadi gejolak yang berlebihan. 

"Kalau pemerintah ingin mencapai target yang ambisius, maka sudah saatnya harga BBM untuk jenis Pertalite dan Solar diturunkan, sehingga penurunan harga BBM ini menjadi stimulus untuk menggerakkan roda ekonomi ketika situasi sekarang dimana pencabutan PPKM mendorong masyarakat lebih banyak belanja di luar rumah," papar Bhima.

Lalu, untuk mengendalikan inflasi dari sisi BBM perlu disesuaikan. Ini tergantung juga apakah pemerintah berkenan atau tidak. Tantangan lainnya adalah dari segi realisasi investasi, yang memiliki tantangan di tahun politik. 

'Terutama kemarin sejak adanya Perppu Cipta Kerja yang menimbulkan banyak ketidakpastian karena khawatir bisa dibatalkan di MK lagi, dan terkait tahun politik pula, ada investasi yang terkait dengan perizinan dan sektor minerba, yang banyak mendapatkan ketidakpastian dan banyak yang wait and see dulu menunggu pemilu selesai," tuturnya.

Bhima menyebut bahwa tantangan lainnya selain tahun Pemilu yang membuat investor wait and see, adalah geliat sektor manufaktur yang masih mencatatkan banyak PHK, terutama di sektor manufaktur padat karya. Agar pendapatan per kapita masyarakat semakin baik dan daya beli terjaga, maka kuncinya adalah mencegah gelombang PHK.

Dengan kondisi tersebut, pemerintah harus mendorong realisasi stimulus ataupun paket kebijakan yang lebih besar pada tahun ini. Sehingga ekonomi Indonesia bisa tumbuh stabil.

“Sebenarnya bukan dalam rangka mencapai pertumbuhan yang tinggi, tapi bisa stabil saja pertumbuhan di atas 4,3% di 2023 itu sebuah prestasi, apalagi melihat banyak negara berkembang sudah jatuh ke masa resesi," ujarnya.

(FRI)

SHARE