Biaya Kontrak Rumah Ikut Sumbang Inflasi Juni 2023, Tuan Tanah Makin Tajir?
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2023 tercatat sebesar 0,14 persen (mtm).
IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Juni 2023 tercatat sebesar 0,14 persen (mtm). Sementara, inflasi IHK secara tahunan menjadi 3,52 persen (yoy), lebih rendah dari inflasi IHK bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4 persen (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menjelaskan Adapun inflasi IHK pada Juni 2023 terutama dipengaruhi oleh inflasi inti. Inflasi inti tercatat sebesar 0,12 persen (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,06 persen (mtm).
"Komoditas utama penyumbang kenaikan inflasi inti yakni komoditas kontrak dan sewa rumah," jelas dia dalam keterangan resmi, Senin (37/2023).
Perkembangan inflasi inti juga disebut sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat seiring penambahan hari cuti bersama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Adha.
Secara tahunan, inflasi inti Juni 2023 tercatat sebesar 2,58 persen (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,66 persen (yoy).
Biaya kontrak dan sewa rumah yang menyumbang inflasi inti menjadi anomali tersendiri di tengah upaya pemerintah menstabilkan harga-harga kebutuhan pokok.
Mengapa Biaya Sewa Rumah Naik?
Meskipun dunia tengah dihadapkan pada kondisi tingginya suku bunga dan inflasi yang tengah merajalela, nampaknya kondisi ini tidak berlaku bagi para pemilik tanah dan pengembang perumahan.
Hal ini terlihat dari data Rumah.com Property Market Index yang menunjukkan indeks harga dan permintaan rumah menunjukkan kenaikan 1,7 persen secara kuartalan atau quarter-on-quarter (QoQ) pada QI 2023.
Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan kenaikan pada kuartal sebelumnya. Sementara kenaikan harga secara tahunan atau year-on-year (yoy) terlihat sebesar 7,1 persen yang juga lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kuartal sebelumnya.
Dari sisi suplai, indeks suplai tetap stagnan pada angka yang sama dengan kuartal sebelumnya. Namun secara tahunan, indeks suplai menunjukkan kenaikan sebesar 6,6 persen.
Dari sisi permintaan, indeks permintaan pada kuartal pertama 2023 naik sebesar 14,5 persen (QoQ).
Sebelumnya, pada kuartal keempat 2022, indeks permintaan turun hingga 20 persen (QoQ).
Namun demikian, indeks permintaan pada kuartal pertama 2023 ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan kuartal yang sama tahun 2022 dengan perbedaan mencapai -19,7 persen.
Adapun menurut data hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan bahwa perkembangan harga properti residensial di pasar primer pada QI 2023 meningkat terbatas.
Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) QI 2023 tercatat sebesar 1,79 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan 2,00 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya. (Lihat grafik di bawah ini.)
Dari sisi penjualan, hasil survei mengindikasikan penjualan properti residensial di pasar primer pada QI 2023 mengalami penurunan.
Penjualan properti residensial terkontraksi sebesar 8,26 persen (yoy) pada QI 2023, lebih rendah dari penjualan kuartal sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 4,54 persen (yoy).
Hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan non perbankan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk pembangunan properti residensial.
Pada Q1 2023, sebesar 73,31 persen dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal.
Sementara itu dari sisi konsumen, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam pembelian properti residensial dengan pangsa sebesar 74,83 persen dari total pembiayaan.
Biaya rumah yang semakin melambung ini dapat diartikan sebagai sinyal para pemilik properti atau para tuan tanah menaikkan harga sewa untuk kontrakan rumah. (ADF)