ECONOMICS

BOJ Soroti Kenaikan Harga Pangan di Jepang, Siap Evaluasi Kenaikan Suku Bunga Lanjutan

Ibnu Hariyanto 27/05/2025 08:44 WIB

BOJ waspadai dampak kenaikan harga pangan pada inflasi inti yang mendekati 2%. Suku bunga bisa disesuaikan sesuai kondisi ekonomi.

BOJ waspadai dampak kenaikan harga pangan pada inflasi inti yang mendekati 2%. Suku bunga bisa disesuaikan sesuai kondisi ekonomi. (Foto: iNews Media)

IDXChannel- Gubernur Bank Sentral Jepang (BOJ), Kazuo Ueda menyoroti dampak dari kenaikan harga pangan terhadap inflasi inti yang saat ini mendekati target 2 persen. BOJ akan terus memantau potensi risiko lanjutan terhadap tekanan harga jangka menengah.

Dilansir dari Channel News Asia, Selasa (21/5/2025), kenaikan ini dinilai sebagai dampak sementara dari guncangan pasokan global. Namun BOJ menegaskan tak akan mengabaikan risiko-risiko yang mungkin terjadi yang dipengaruhi tekanan harga.

"Namun, mengingat inflasi inti kini mendekati 2 persen — jauh lebih tinggi dibanding beberapa tahun lalu — kami harus hati-hati menilai dampaknya terhadap inflasi jangka menengah," kata Ueda.

Sejak mengakhiri program stimulus moneter besar-besaran, BOJ telah mulai menaikkan suku bunga acuan pada Januari lalu menjadi 0,5 persen. Langkah tersebut diambil dengan asumsi perekonomian Jepang telah menunjukkan tanda-tanda pemulihan dan inflasi mulai mendekati target yang ditetapkan.

Namun, potensi kenaikan suku bunga lanjutan kini dihadapkan pada ketidakpastian global, termasuk dampak kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat (AS). BOJ mengakui risiko terhadap pertumbuhan ekonomi dan harga masih condong ke sisi negatif, khususnya pada 2025 dan 2026.

Kendati demikian, BOJ tetap membuka opsi untuk menyesuaikan kebijakan moneter lebih lanjut jika data ekonomi mendukung skenario pemulihan. Pendekatan ini dilakukan untuk memastikan bahwa langkah-langkah kebijakan tetap selaras dengan kondisi aktual di lapangan.

BOJ juga memperkirakan inflasi inti akan secara bertahap bergerak menuju target 2 persen dalam paruh kedua periode proyeksi hingga 2027. Proyeksi ini akan terus dievaluasi secara berkala berdasarkan perkembangan data ekonomi terbaru.

“Kami akan mengevaluasi apakah ekonomi dan harga bergerak sesuai proyeksi, tanpa prakonsepsi, mengingat tingginya ketidakpastian terhadap prospek ke depan,” kata Ueda.

(Ibnu Hariyanto)

SHARE