ECONOMICS

BP Danantara: RI Butuh Investasi Rp3.000 Triliun untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

Suparjo Ramalan 22/11/2024 07:39 WIB

Kepala BP Danantara Muliaman Darmansyah Hadad mengatakan Indonesia butuh investasi sebesar Rp3.000 triliun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

BP Danantara: RI Butuh Investasi Rp3.000 Triliun untuk Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BP Danantara) mencatat incremental capital output ratio (ICOR) atau perbandingan pertumbuhan ekonomi dengan investasi di tanah air harus meningkat.

Itu karena investasi menjadi instrumen utama dalam pertumbuhan makro ekonomi nasional.

Kepala BP Danantara Muliaman Darmansyah Hadad mengatakan Indonesia butuh investasi sebesar Rp3.000 triliun untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen.

“Dengan ICOR yang ada sekarang dan keinginan untuk mendapat pertumbuhan ekonomi, katakanlah 8 persen, itu kita masih perlu sekitar Rp3.000 triliun untuk keperluan investasi,” ujar Muliaman kepada IDX Channel, Jumat (22/11/2024).

Dalam konteks ini, Presiden Prabowo Subianto menginisiasi pendirian BP Danantara, selaku badan investasi baru yang fokus pada tiga pilar, yakni investment management, investment banking, dan asset management.

Keberadaannya diyakini bisa memperluas peluang investasi di tanah air. Muliaman menyebut, dengan tiga pilar yang dimiliki, BP Danantara punya daya tawar yang tinggi bagi investor asing. 

“Artinya ruangan bagi Danantara itu terbuka luas,” kata dia.

Ada beragam investasi yang akan digarap BP Danantara, seperti hilirisasi pangan dan energi, proyek infrastruktur jangka panjang, serta proyek strategi nasional (PSN) lainnya.  

“Investasinya juga bermacam-macam dari hilirisasi sampai juga kepada kegiatan untuk kecukupan pangan, kemudian juga energi, dan lain sebagainya, itu kan bagian dari proyek strategi nasional,” tuturnya.

Dengan ruang lingkup investasi yang sangat besar, Muliaman menilai tidak cukup jika pendanaan berasal dari bank saja. Menurutnya, peluang tersebut hanya bisa dilakukan melalui BP Danantara. 

“Contoh misalnya hilirisasi, biasanya hilirisasi itu memerlukan pembiayaan jangka panjang yang besar sekali, yang kadang-kadang sulit kalau itu dibiayai satu, dua bank, karena begitu besarnya keperluan dana, nah biasanya Danantara melihat peluang ini,” kata Muliaman.

Dengan mencaplok Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Indonesia Investment Authority (INA), dan special mission vehicles (SMV), Muliaman memastikan pihaknya bisa mengonsolidasikan investment management, investment banking, dan asset management.

Dalam skemanya, fungsi investment management akan dijalankan oleh Indonesia Investment Authority, yaitu sayap investasi yang selama ini dikelola INA yang bakal semakin diperluas dan dioptimalkan.

Lalu, investment banking oleh SMV dan dan himpunan bank milik negara (Himbara), terutama fokus pada pendanaan untuk proyek infrastruktur dan proyek lain yang bersifat jangka panjang.

Sementara itu, asset management merupakan hasil konsolidasi seluruh aset-aset BUMN. 

“Danantara bisa melakukan itu nanti, sehingga kebutuhan untuk membiayai proyek-proyek tertentu, tidak hanya hilirisasi ya, ada kegiatan-kegiatan yang lain tentu saja terbuka untuk penelitian Danantara apa yang bisa dilakukan,” ujarnya.

(Febrina Ratna) 

SHARE