ECONOMICS

Bukan karena Lemah, Ini Penyebab Industri RI Kalah Bersaing

Ferdi Rantung 27/10/2025 16:28 WIB

Menperin Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pentingnya kebijakan proteksi terhadap industri nasional di tengah derasnya arus produk impor.

Bukan karena Lemah, Ini Penyebab Industri RI Kalah Bersaing. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pentingnya kebijakan proteksi terhadap industri nasional di tengah derasnya arus produk impor yang masuk pasar dalam negeri. Menurutnya, banyak industri di Indonesia yang kalah bersaing bukan karena tidak mampu, tetapi karena pasar domestik dibanjiri oleh produk impor, baik yang legal maupun ilegal.

“Banyak sekali industri-industri kita yang tidak mampu bersaing, atau bisa dikatakan dikalahkan. Bukan karena mereka tidak mampu, tetapi karena pasar didominasi produk-produk impor yang masuk bebas seolah tanpa kendala,” kata Agus dalam Raker di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (27/10/2025).

Ia menyapaikan tujuan utama kebijakan proteksi adalah menciptakan ruang bagi industri nasional agar dapat tumbuh, berinovasi, dan akhirnya memiliki daya saing yang kuat di pasar global. Kebijakan proteksi ini sebenarnya sudah banyak negara yang menerapkannya, termasuk Amerika Serikat (AS) yang menganut paham ekonomi liberal.

“Kebijakan proteksi ini semata-mata untuk memberi ruang tumbuh bagi industri dalam negeri. Negara-negara lain, bahkan yang menganut paham ekonomi liberal, juga menerapkan langkah-langkah perlindungan terhadap produk domestiknya,” ujarnya.

Ia mencontohkan, salah satu langkah untuk melindungi industri dalam negeri adalah dengan pemberlakuan non-tariff measures (NTM). Agus mengungkapan penerapan NTM di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara kompetitor.

“Yang saya ingat NTM yang dimiliki Indonesia sekitar 225, sementara NTM yang dimiliki oleh Amerika sekitar 5 ribuan. Jadi negara yang sebetulnya paham ekonominya saja dalam tanda petik liberal,  melakukan upaya-upaya perlindungan, kenapa kita tidak?,” katanya.

Selain memperkuat pasar domestik, lanjut Agus, pentingnya menjaga dan memperluas pasar ekspor, terutama di tengah ketidakpastian ekonomi global.

“Dari total output industri, sekitar 20 persen merupakan ekspor, dan nilainya sangat besar. Karena itu, diversifikasi pasar ekspor menjadi sangat penting agar tidak bergantung pada pasar tradisional,” paparnya.

Lebih lanjut, Menperin menyebut pihaknya terus berupaya untuk membuka peluang ekspor baru. Contohnya saja melalui kunjungan kerja ke sejumlah negara seperti Jepang dan China dalam perluasan ekspor produk otomotif Indonesia.

“Salah satu misi utama kami adalah memperjuangkan perluasan pasar ekspor bagi industri otomotif Indonesia. Alhamdulillah, dari statistik terlihat peningkatan yang signifikan terhadap ekspor produk otomotif Indonesia, terutama ke negara-negara yang menjadi basis produksi besar seperti Jepang,” ungkapnya.

SHARE