ECONOMICS

Bukan karena Mafia, Pengusaha Ini Bongkar Biang Kerok Mahalnya Harga Beras

Heri Purnomo 22/01/2023 19:30 WIB

Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) mengatakan mahalnya harga beras yang terjadi saat ini bukan karena mafia beras.

Bukan karena Mafia, Pengusaha Ini Bongkar Biang Kerok Mahalnya Harga Beras. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Ketua Umum Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi), Sutarto Alimoeso mengatakan bahwa mahalnya harga beras yang terjadi saat ini bukan karena adanya mafia beras.

Dia mengatakan, mahalnya harga beras dikarenakan adanya berbagai faktor. Di antaranya yakni faktor produksi pada Agustus 2022 hingga Februari 2023 yang biasanya memang rendah.

"Naiknya harga ini kan faktornya banyak. Pertama, kita tahu memang bulan Agustus hingga awal Februari itu produksi memang di bawah kebutuhan," kata Sutarto kepada MNC Portal Indonesia, Minggu (22/1/2023).

Selain itu, Sutarto mengatakan, adanya kesalahan dalam penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) yang dilakukan oleh pemerintah dengan tidak melalui satu pintu.

"Kedua, kemarin ada kebijakan yang juga memicu kenaikan harga, di antaranya penyaluran (beras) dua bulan sekaligus dan itu tidak melalui satu pintu," katanya. 

"Kalau waktu itu melalui satu pintu, misalkan Bulog, mestinya tidak akan ada kenaikan harga. Karena hargnya akan sama di mana saja," tambahnya. 

Lebih lanjut, Sutarto juga mengatakan, pada saat kondisi stok beras di Bulog sedang minus, pemerintah justru memaksakan Bulog untuk membeli beras dengan harga yang lebih tinggi.

Terlebih lagi, kata dia, operasi pasar yang terus menerus dilakukan pemerintah untuk menekan harga beras di pasar tidak tepat.

"Adanya kebebasan harga yang pasti akan dibeli dan hal itu yang membuat harga naik. Di mana pada saat produksi di bawah kebutuhan akan menaikan harga dan itu dilakukan selama ini," katanya. 

Penyebab terakhir harga beras yang tinggi, kata Sutarto, karena melonjaknya harga gabah pada November hingga Desember yang menyentuh angka Rp6.000 per kilogramnya.

"Kemudian itu juga sebenarnya harga gabah sejak beberapa bulan lalu itu naik, bahkan bulan November hingga Desember itu telah menyentuh Rp6.000. Tentunya produksi beras ini masih dipengaruhi oleh harga gabah yang dibeli pada bulan November dan Desember lalu," katanya. 

Sebelumnya, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso alias Buwas mengaku ada mafia beras saat ini yang tengah beraksi yang menyebabkan harga beras di pasar mahal. Bahkan, ada mafia yang menginginkan Buwas tak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di BUMN pangan tersebut.

Dugaan sementara mafia beras melibatkan supplier dan anggota internal Bulog. Buwas mengatakan perkara ini akan diusut oleh pihak berwenang atau penegak hukum.

"Tadi saya bilang, ada mafia, emang iya. Kayak apa mafianya? Nantilah saya ceritakan sama Satgas Pangan, kalau saya buka di sini langsung kabur, langsung hilang. Jadi jangan nanti mengelak-ngelak," ungkap Buwas saat konferensi pers, Jumat (20/1/2022).

Menurut Buwas dugaan mafia beras berdasarkan temuan di lapangan dan dia mengklaim dirinya memiliki bukti berupa rekaman dan dokumentasi. Praktik pelanggaran hukum itu kerap terjadi dalam suplai beras ke gudang Bulog.

(YNA)

SHARE