Bulog Ungkap Kapasitas Bongkar Pelabuhan Terbatas, Hambat Realisasi Impor Pangan
Bulog mengungkap realisasi impor pangan terkendala masalah kapasitas pelabuhan di Indonesia.
IDXChannel - Bulog mengungkap realisasi impor pangan terkendala masalah kapasitas pelabuhan di Indonesia. Direktur Utama Bulog, Budi Waseso mengatakan saat ini kendala tersebut terjadi karena jumlah pelabuhan saat ini tidak memadai untuk bongkar komoditas impor, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dan kurang efisien.
"Sekarang kita mendatangkan satu komoditi pangan, apapun namanya, itu kan berkaitan dengan kedatangan dan pembongkarannya. Pelabuhan kita kan juga ada kapasitas keterbatasannya, kalau kita mau (impor), terus gak bisa bongkar gimana," ujar Buwas di Gedung DPR, Rabu (8/11/2023).
Buwas menilai, saat ini kemampuan bongkar di pelabuhan Indonesia belum cukup baik, ketersediaan pelabuhan yang terbatas membuat waktu bongkar kapal memakan waktu yang lebih lama.
Bahkan menurutnya untuk bongkar 20 ribu ton beras saja membutuhkan waktu sekitar 6 hari. Apalagi untuk waktu bongkar untuk ratusan ribu ton, tentunya membutuhkan waktu yang lebih panjang. Hal itu yang membuat impor komoditas pangan ke Indonesia kurang berjalan lancar.
"Karena daya kemampuan bongkar kita gak mampu. Kan pelabuhan ini terbatas. Sekarang aja kalau bongkar kan teman-teman lihat sendiri tuh, 20 ribu ton kita bongkar bisa 6 hari. Nah sekarang banyak di pelabuhan kan 6 hari, kalau itu sekian banyak kira-kira berapa lama," lanjutnya.
Sehingga, realisasi impor ini tidak hanya dipengaruhi oleh kebijakan beberapa negara yang membatasi impor. Namun juga dipengaruhi oleh faktor internal sendiri yang masih punya keterbatasan.
Buwas memberikan contoh misalnya pada penugasan tambahan impor 1,5 juta ton beras oleh Presiden Joko Widodo pada akhir tahun ini. Hingga saat ini sudah terkontrak sebanyak 1 juta ton. Terbagi dalam dua kali pengiriman, hingga akhir tahun 600 ribu ton, dan awal tahun 400 ribu ton.
Sedangkan untuk 500 ribu ton tidak termasuk dalam kontrak, menurut Buwas hal itu mempertimbangkan kapasitas bongkar pelabuhan di Indonesia yang saat ini masih cukup terbatas.
"Yang 1,5 juta ton itu kan baru hanya bisa terealisasi tahun ini 600 ribu ton, yang datangnya tahun depan sisa dari 1 juta yang sudah kita kontrak hanya 400 ribu ton, yang 500 ribu ton kan sudah hangus dong. Karena itu kan hanya tahun ini, ya terkontrak tahun ini, gak bisa carry over dong," kata Buwas.
"Karena kini, kita kan memperhitungkan kontrak itu berkaitan dengan kemampuan bongkar muat ya. Karena daya kemampuan bongkar kita gak mampu," pungkasnya.
(SLF)