ECONOMICS

Cadangan Devisa April 2023 Turun, RI Harus Perhitungkan Sejumlah Risiko Ini

Maulina Ulfa - Riset 10/05/2023 13:28 WIB

Bank Indonesia (BI) baru saja melaporkan penurunan cadangan devisa sebesar USD1 miliar menjadi USD144,2 miliar pada April 2023.

Cadangan Devisa April 2023 Turun, RI Harus Perhitungkan Sejumlah Risiko Ini. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Bank Indonesia (BI) baru saja melaporkan penurunan cadangan devisa sebesar USD1 miliar menjadi USD144,2 miliar pada April 2023.

Penurunan posisi cadangan devisa pada April 2023 antara lain dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan kebutuhan likuiditas valas sejalan dengan antisipasi dalam rangka Hari Besar Keagamaan Nasional.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. (Lihat grafik di bawah ini.)

Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Waspada Risiko Volatilitas Global

Meski demikian, Direktur Eksekutif CELIOS, Bhima Yudhistira mengatakan, penurunan cadangan devisa ini sebaiknya dijadikan peringatan bahwa tekanan eksternal masih akan meningkat dalam waktu dekat. Salah satunya adalah gonjang-ganjing default Amerik Serikat (AS).

Menurut Bhima, risiko gagal bayar utang AS bisa merembet ke stabilitas moneter Indonesia, berkurangnya aliran modal asing karena investor mencari aset yang aman, dan kinerja ekspor yang menyumbang devisa akan melemah terutama tujuan pasar AS.

“AS sedang menghadapi triple crisis yakni kekhawatiran gagal bayar utang, ditambah sektor perbankan yang rapuh hingga tekanan pada pertumbuhan ekonomi. Pemerintah dan BI harus terus memantau situasi ekonomi di AS dan siapkan mitigasi risiko yang tepat,” ujar Bhima kepada IDXChannel.com (10/5/2023).

Di lain kesempatan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menilai kegagalan AS dalam membayar utangnya belum berpengaruh terhadap Indonesia.

Buktinya pasar Surat Berharga Negara (SBN) masih menarik bagi investor asing.

"Untuk Indonesia, rambatannya biasanya apakah ke pasar SBN kita? Pasar SBN kita masih menarik, yield-nya masih bagus, dan karena prospek ekonomi kita bagus, inflasinya rendah, currency-nya menguat, itu semuanya jadi daya tarik yang cukup baik," jelas Sri dalam Konferensi Pers Hasil Rapat Berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Adapun Kemenkeu mencatat, posisi utang pemerintah Indonesia mencapai Rp7.879,07 triliun per 31 Maret 2023. Jumlah ini menjadikan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 39,17%.

Utang ini terdiri dari dua jenis, yakni obligasi atau surat berharga negara (SBN), serta pinjaman dari dalam dan luar negeri.

Instrumen SBN masih mendominasi utang pemerintah yang mencapai 89,02% dengan nilai Rp7.013,58 triliun pada akhir Maret 2023.

Utang SBN domestik pada Maret 2023 tercatat sebesar Rp 5.658,77 triliun. Sementara, utang SBN valuta asing (valas) sebesar Rp 1.354,81 triliun.

Sementara, utang pemerintah yang akan jatuh tempo dalam satu tahun hingga lima tahun ke depan meningkat mencapai Rp 2.606 triliun.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, posisi utang jatuh tempo dalam satu tahun dan tiga tahun ke depan meningkat  7,9% year on year (yoy) dan 24,1% yoy. Sementara utang jatuh tempo 5 tahun meningkat 42,1% per awal Februari 2023. (ADF)

SHARE