Cegah Krisis Pasokan Minyak Goreng Seperti Tahun Lalu, Ini yang Dilakukan PTPN III
Dengan mampu melakukan pengolahannya sendiri, perkebunan rakyat diharapkan dapat turut berperan dalam mendongrak produksi minyak secara nasional.
IDXChannel - PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III terus mendorong petani sawit pemilik perkebunan rakyat untuk dapat mengolah Tandan Buah Segar (TBS) secara mandiri.
Dengan mampu melakukan pengolahannya sendiri, perkebunan rakyat diharapkan dapat turut berperan dalam mendongrak produksi minyak secara nasional, sehingga mencegah krisis pasokan minyak seperti yang terjadi tahun lalu.
"Harapannya ke depan perkebunan rakyat dapat mengolah sendiri TBS hasil produksinya menjadi CPO (crude palm oil/minyak sawit mentah) dan minyak merah yang kaya beta karoten," ujar Direktur Utama PTPN III, Mohammad Abdul Ghani, dalam keterangan resminya, Jumat (17/3/2023).
Untuk mendorong hal tersebut, PTPN III telah menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) terkait pembangunan Laboratorium Riset Pengolahan Kelapa Sawit Mini, yang telah diresmikan pengoperasiannya pada Kamis (16/3/2023).
Dalam peresmian tersebut, Abdul Ghani menyampaikan bahwa luas perkebunan sawit di Indonesia saat ini adalah 15 juta hektare. Dari jumlah luasan tersebut, enam juta hektare di antaranya adalah perkebunan rakyat.
"Pabrik mini seperti yang dikembangkan di IPB ini menjadi salah satu contoh dan model pabrik yang cocok untuk perkebunan kelapa sawit rakyat," tutur Abdul Ghani.
Langkah pembangunan Laboratorium Riset Pengolahan Kelapa Sawit ini, disebut Abdul Ghani juga merupakan salah satu bentuk kepedulian Holding BUMN Perkebunan tersebut terhadap pendidikan tinggi pertanian, khususnya dalam mendorong inovasi industri hilir seperti CPO dan minyak sawit merah.
"PTPN siap membantu IPB untuk mengembangkan model industri kecil minyak goreng dan bekerja sama dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit, sebagai unit riset yang dikelola PT Riset Perkebunan Nusantara, salah satu anak usaha kami," ungkap Abdul Ghani.
Sementara, Rektor IPB, Prof Arif Satria, mengapresiasi kontribusi PTPN III yang telah mendanai pembangunan fasilitas pendidikan dan penelitian tersebut.
"Ini akan sangat bermanfaat sebagai tempat untuk pendidikan, penelitian, dan magang untuk mahasiswa yang mengambil spesialisasi pengolahan kelapa sawit," ujar Arif.
Menurut Arif, lokasi laboratorium ini sangat strategis, mengingat lahan IPB di Jonggol yang luasnya 268 hektare akan dikembangkan menjadi IPB-West Java Innovation Valley, yang memadukan pendidikan, penelitian/inovasi, bisnis, pemberdayaan masyarakat, dan edu wisata.
"Di IPB-West Java Innovation nantinya juga akan terdapat kluster kelapa sawit, Cassava (singkong), peternakan, aquaculture, green house dengan teknologi hidro dan aeroponic," tegas Arif.
Fasilitas pengolahan baru ini sendiri, dijelaskan Arif, memiliki kapasitas hingga 2 ton per jam TBS, dengan pengolahan selama 20 jam, atau berkapasitas 40 ton TBS per hari.
"Laboratorium ini menjadi miniatur dari pabrik besar, dimana seluruh proses pengolahan kelapa sawit dimulai dari loading TBS, perebusan, pemisahan buah, pengepresan sampai menjadi CPO, diproses secara otomatis seperti halnya di pabrik dengan kapasitas besar," tegas Arif. (TSA)