Cegah Spekulan Bermain, Harga Patokan Beras Harus Dievaluasi Berkala
Harga patokan beras medium maupun premium diminta dievaluasi secara berkala untuk mencegah spekulan bermain.
IDXChannel - Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan, Badan Pangan Nasional (NFA), Rachmi Widiriani mengatakan, Harga Pokok Produksi (HPP) dan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras seharusnya dievaluasi secara berjangka.
"Seharusnya memang HPP dan HET itu di evaluasi secara berjangka, apakah masih sesuai atau tidak," ujar Rachmi dalam diskusi virtual bersama PATAKA, Selasa (25/10/2022).
Menurut Rachmi, idealnya HPP dan HET bisa dievaluasi bisa paling tidak dalam jangka waktu 3 sampai 6 bulan sekali untuk melihat juga kondisi perekonomian yang ada.
"Idealnya mungkin 3 sampai 6 bulan sekali karena situasi seperti ini, situasi yang tidak baik-baik saja. Dengan adanya evaluasi, kita bisa tahu oh ini sebetulnya sudah tidak pas, sekarang ini sudah tidak pas dan harus diganti," sambung Rachmi.
Rachmi memaparkan, HET untuk beras medium maupun premium harga tidak pernah mengalami perubahan sejak 2020. Bahkan untuk beras medium harganya selama 2 tahun terakhir sudah di atas HET Rp9.500.
"Memang semakin banyak pemerintah mengatur, sebetulnya juga membuat pasar tidak terlalu baik. Jadi memang timing-nya harus tepat, kapan sih sebenarnya pemerintah melakukan intervensi," terangnya.
Karena menurut Rachmi, penetapan harga acuan ini menjadi penting untuk menghindari adanya spekulan-spekulan beras yang bisa memainkan harga di pasar. Sebab melalui acuan tersebut sudah dihitung nantinya berapa persen margin keuntungan yang diperoleh broker atau penjual.
"Karena kalau tidak ada harga acuan, nanti orang suka- suka main harga, market kadang tidak sesuai, misalnya harga HET beras premium, itu ada broken ada 5%. Aturan itu harus dipenuhi, tetapi dalam praktiknya di lapangan ternyata kualitas tidak seideal harga HET," pungkasnya.
(FAY)