Cerita Bahlil Banyak Negara Maju Tolak Hilirisasi Jokowi
Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengungkapkan, banyak negara maju yang tidak setuju dengan hilirisasi Indonesia.
IDXChannel - Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia mengungkapkan, banyak negara maju yang tidak setuju dengan hilirisasi yang dilakukan negara berkembang, termasuk Indonesia. Namun, dia memastikan, Indonesia memiliki komitmen tegas untuk menerapkan kebijakan tersebut.
"Tidak semua negara atau orang setuju dengan hilirisasi yang dilakukan negara berkembang, terutama sebagian negara maju enggak setuju. Itu sudah tergambar pada saat kami melakukan meeting G20," ujarnya saat Konferensi Pers di sela-sela WEF 2023, Selasa (17/1/2023).
Menurut Bahlil, pemerintah tidak kaget dengan respons negara-negara maju tersebut. Dia menilai, justru ini adalah tugas berat pemerintah untuk meyakinkan negara maju bahwa SDG's bukan hanya bicara masalah lingkungan, tetapi bagaimana meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal, kesinambungan sumber daya alam.
Indonesia, kata Bahlil, belajar hilirisasi dari negara-negara berkembang yang sekarang sudah menjadi negara maju. Contohnya, sambung dia, Inggris yang pernah melarang ekspor wool agar menjadi pemain terbesar dunia.
Selain itu, Amerika yang menerapkan pajak progresif terhadap impor agar menjadi negara berdaulat dengan produk dalam negeri. Juga China yang menerapkan TKDN 90 persen bagi industri otomotif, sehingga negara tersebut menjadi salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia.
"Kita-kita ini dianggap enggak boleh kayak begitu (hilirisasi), supaya mereka sendiri yang maju. Ini tugas berat kita. Tapi saya yakinkan, Indonesia tidak akan menari di bola mereka," ujarnya.
"Indonesia harus berada pada positioning yang jelas dan enggak perlu ragu, karena investor sudah banyak yang masuk," dia menambahkan.
"Kita akan bikin methanol di Bojonegoro, itu investasi dari AS, pupuk di Fakfak dari Pupuk Kaltim, serta blue ammonia dari Jepang yang kerja sama dengan BUMN Bintuni. Jadi enggak usah pesimis, kalau pesimis sampai mati kita begini terus," pungkas Bahlil.
(FAY)