Cerita Pelaku UMKM Sulut, Pulang Merantau dari Jepang Kini Jadi Petani Kopi di Tomohon
Usai merantau dari Jepang, dia mulai menggeluti usaha kopi. Atas ketekunannya, beberapa tahun kemudian usahanya berbuah hasil.
IDXChannel - Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut) semakin menggeliat. Salah satu UMKM yang semakin bersinar Elmonts Coffee Tomohon.
Elmonts Coffee Tomohon merupakan salah satu UMKM binaan Bank Indonesia yang turut menyumbang pertumbuhan ekonomi wilayah Sulut.
Owner Elmonts Coffee Tomohon, Almontana Stefanus Maesa Paat menceritakan langkah pertamanya untuk menekuni kopi.
"Kita awalnya bikin kopi ini di tahun 2017, bulan Juni tanggal 12," kata Almontana saat ditemui tim IDXChannel di Tomohon, Sulut, Senin (24/11/2025).
Pria berkaca mata ini menambahkan, dia memilih berbisnis kopi sejak pulang merantau dari Jepang.
Owner Elmonts Coffee Tomohon, Almontana Stefanus Maesa Paat menceritakan langkah pertamanya untuk menekuni kopi. (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
"Itu selepas kita pulang dari negeri seberang, negeri sakura Jepang. Basisnya saya pekerja di Jepang dan tertarik di kopi itu mulai tahun 2015," kata dia.
Usai merantau dari Jepang, dia mulai menggeluti usaha kopi. Atas ketekunannya, beberapa tahun kemudian usahanya berbuah hasil.
"Awalnya kita 2017 berdiri, ada customer kita yang kebetulan waktu itu bekerja di BI. Terus mulailah tertarik di kopi, ngobrolnya nyambung," katanya.
Lebih lanjut Monchi menambahkan, seiring berjalannya waktu tepatnya di November 2019, ada perekrutan petani unggulan Bank Indonesia beserta Wira Usaha Unggulan Bank Indonesia. Dia kemudian mengikuti program tersebut.
"Kemudian pada 2020 kita mulai pelatihan. Itu kita programnya tiga bulan sekali pertemuan, dan sekali pertemuan itu bisa empat hari, enggak pulang-pulang. Dari situ BI banyak ngelatih," kata pria yang kerap disapa Monchi.
Pelatihan pertama yang paling penting yakni mindset. Di sana dirinya diajarkan bagaimana supaya menjadi benar-benar menjadi seorang Wira Usaha yang Mandiri.
"Saya ikut dua pelatihan. Habis dari pertanian, langsung sambung ke UMKM. Nah, UMKM mindsetnya tentang gimana soal menentukan harga pokok penjualan (HPP) sebagai UMKM," katanya.
Elmonts Coffee Tomohon merupakan salah satu UMKM (Nur Ichsan Yuniarto/IDXChannel)
"Banyak yang cuma asal punya uang, tapi langsung bikin kafe tanpa harus tahu ini hitungan HPP-nya sebenarnya berapa. Baru margin-nya kita dapet berapa. Kemudian legalisasi usaha, misalnya seperti yang simple-simple NIB-nya seperti apa kita bikin," kata dia.
Dia melanjutkan, setelah mendapat pelatihan HPP, kemudian masuk ke soal marketing. Dirinya mendapatkan pengetahuan Search Engine Optimization (SEO) basic.
"Justru karena program itu, memang dari awal kita enggak pake plang iklan atau papan iklan di mana-mana. Dan kita cuma bermodalkan Google Business, Instagram, Facebook. Tapi ketika dapet pembelajaran Search Engine itu, ketika kita masukin ke Google Business, manfaatnya luar biasa," kata dia.
Berkat pelatihan ini, katanya, kopi-kopi yang dia jual direview turis mancanegara.
"Pure memang mereka secara otentik nge-review kita. Jadi puji Tuhan program Bantuan Indonesia ini sangat bermanfaat buat kami UMKM dan juga petani," katanya.
Bangun Komunitas Kopi di Sulut
Perkembangan UMKM kopi di Tomohon ini tak serta merta dikerjakan sendiri oleh Monchi. Dia ternyata kerap melakukan pelatihan ke anak-anak muda di Sulut untuk belajar meracik kopi.
"Jadi sebenarnya sebelum saya terjun ke kebun itu, saya buat pelatihan-pelatihan ke anak-anak muda. Jadi ada beberapa kafe, bahkan yang sekarang udah ada mobil kafe, itu mereka belajar di sini, kita edukasi," kata dia.
Monchi melanjutkan, selain berbisnis tujuan utamanya yakni membangun ekosistem kopi di Sulawesi Utara.
"Tujuan saya awalnya cuma buat ekosistem kopi. Karena cuma dengan ada ekosistemnya, usaha kopi ini bisa berjalan. Petani bisa supply kopinya nanti ketika dia produksi banyak, dia sudah tau hilirnya harus bawa ke siapa," kata dia.
"Makanya waktu sebelum ke petaninya, saya ngajar ke anak-anak muda, terlebih khusus soal bagaimana jadi barista, gimana soal gramasi di kopi. Lebih ke hilirnya sih," lanjut Monchi.
Kembalikan Kejayaan Kopi Sulut
Lebih lanjut Monchi mengatakan, kopi ternyata menjadi salah satu komoditas unggulan di Sulut. Hal itu terjadi di sekitar tahun 1950 hingga 1960.
"Kalau menurut sejarah ya, sebenarnya kopi juga salah satu komunitas unggulan di Sulawesi Utara. Cuma memang ya, mungkin sama. Di daerah Indonesia yang lain, ketika di tahun 60-an atau 50-an, kopi pada ditebang dengan masuknya program-program hortikultura, seperti itu. Sebenarnya secara sejarah kita sama," katanya.
"Justru dulu yang lebih banyak di ekspor, sesuai sejarahnya, Kita saat ini hanya mengembalikan apa yang pernah terjadi dulu. Makanya kita untuk gimana bersaingnya nanti sama petani hortikultura, kita justru ngajak petani hortikultura yang mau tanam kopi, ayo," kata dia.
(Nur Ichsan Yuniarto)