China-AS Capai Kerangka Kesepakatan Dagang, Fokus pada Tarif dan Ekspor Rare Earths
China dan Amerika Serikat (AS) menyepakati kerangka kerja awal perjanjian dagang
IDXChannel – China dan Amerika Serikat (AS) menyepakati kerangka kerja awal perjanjian dagang. Kesepakatan ini menandai pelonggaran ketegangan setelah berbulan-bulan tarik ulur tarif dan pembatasan ekspor.
Dilansir Channel News Asia, Jumat (27/6/2025), Kementerian Perdagangan China menyatakan AS bersedia mencabut sejumlah pembatasan. Sementara China akan meninjau kembali proses ekspor untuk produk-produk strategis yang masuk pengawasan nasional.
Salah satu fokus utama dalam kesepakatan ini adalah pengaturan ekspor rare earths atau tanah jarang. Elemen tanah jarang ini sangat penting untuk sektor kendaraan listrik (EV), teknologi informasi, hingga pertahanan. China menguasai sekitar 70 persen pasokan global, dan sejak April mewajibkan lisensi ekspor untuk mengontrol arus keluar bahan mentah strategis ini.
Langkah China tersebut sempat dianggap sebagai balasan atas kebijakan tarif tinggi Presiden Donald Trump, yang memberlakukan bea masuk tambahan pada berbagai produk China. Namun, setelah serangkaian negosiasi, kedua pihak akhirnya menyetujui kerangka konsensus yang memungkinkan penurunan tarif dan pelonggaran non-tarif lainnya.
Dalam dokumen kesepakatan, AS akan menangguhkan sejumlah langkah pembatasan, termasuk tenggat waktu 9 Juli untuk penerapan tarif baru terhadap puluhan negara. Gedung Putih menyatakan Presiden Donald Trump masih memiliki diskresi penuh untuk menetapkan tarif jika dinilai menguntungkan bagi kepentingan nasional.
Di sisi lain, China berkomitmen akan meninjau dan menyetujui ekspor produk-produk di bawah kontrol, seperti rare earths dan komponen strategis lainnya, dengan tetap mematuhi hukum domestik. Beijing menegaskan bahwa langkah ini bukanlah pelemahan, melainkan bagian dari tata kelola yang transparan dan akuntabel.
Respon positif pun datang dari pasar global. Indeks saham Asia dan Eropa menguat pada Jumat, mencerminkan harapan investor perang dagang global bisa mereda, membuka ruang bagi pemulihan sektor manufaktur dan perdagangan internasional yang sebelumnya terganggu.
(Ibnu Hariyanto)