ECONOMICS

China, Jepang hingga Korsel Rebutan Pelabuhan Patimban

Suparjo Ramalan 17/11/2021 09:42 WIB

Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan persaingan antara China, Jepang, dan Korea Selatan yang berebut posisi di Pelabuhan Internasional Patimban, Subang.

China, Jepang hingga Korsel Rebutan Pelabuhan Patimban (FOTO: MNC Media)

IDXChannel - Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan persaingan antara China, Jepang, dan Korea Selatan yang berebut posisi di Pelabuhan Internasional Patimban, Subang, Jawa Barat, yang sudah diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Desember 2020 lalu. 

Keberadaan Pelabuhan Patimban pun dinilai strategis bagi investor dari ketiga negara tersebut. Pasalnya, Pelabuhan Patimban mampu meningkatkan ekspor dan impor produk otomotif di kancah global.

Indonesia tercatat menjadi salah satu market mobil terbesar di dunia. Khususnya, mobil hasil produksi Jepang. Sementara, China dan Korea tengah melirik pasar mobil Jepang di Indonesia. Erick menyebut, kedua negara terus berupaya merebut pasar Jepang di dalam negeri. 

Persaingan geopolitik antara China, Jepang, dan Korea, kata Erick, menguntungkan Indonesia. Selain non blok adalah sikap politik Indonesia, pemerintah pun tengah fokus memperkuat infrastruktur di kawasan Patimban. Pengembangan infrastruktur itulah yang menjadi daya tarik bagi negara-negara lain. 

"Korea dan China lagi investasi EV Baterai besar-besaran, dimana, mereka akan melihat tadi, investasi di subang, dan juga tadi, kebutuhan pengiriman mobil ini punya infrastruktur yang penting, karena itu Korea dan China juga merebut market Jepang, nah ini tentu persaingan geopolitik atau persaingan bisnis yang menarik buat Indonesia, karena Indonesia kan non blok," ujar Erick dikutip Rabu, (17/11/2021). 

Untuk komposisi saham di proyek strategis nasional (PSN) itu tidak saja dimiliki BUMN. Tercatat, negara memiliki 10 persen saham, sementara 90 persen lainya dimiliki Jepang dan investor swasta nasional. 

Karena itu, Erick membantah kritikan yang menilai investasi di Pelabuhan Patimban kurang menguntungkan. Dia menegaskan, bisnis tersebut harus dilihat secara komprehensif dan bersifat jangka panjang. 

"Jadi, sebaiknya kita investasi masuk untuk pembukaan lapangan kerja. Jadi saya melihat, kasih waktu, kita lihat, ya tentu dari BUMN siap, kalau nanti di kemudian hari ada problem, ya kita cari solusi atau bantuan dengan ekosistem yang baik, bukan sepenggal-penggal," katanya. (RAMA)

SHARE