China Kapok Beri Utang Besar ke Negara Afrika
China mengubah strategi pemberian pinjaman ke negara Afrika di tengah krisis utang yang melanda benua tersebut dan masih lemahnya ekonomi Negeri Tirai Bambu itu
IDXChannel - China mengubah strategi pemberian pinjaman ke negara Afrika di tengah krisis utang yang melanda benua tersebut dan masih lemahnya ekonomi Negeri Tirai Bambu itu.
Dilansir dari AFP pada Jumat (6/9/2024), Beijing selama bertahun-tahun ke belakang menggelontorkan utang besar untuk proyek infrastruktur seperti kereta api, jalan raya, dan jembatan di Afrika. Namun, para ahli mengatakan bahwa China sekarang lebih memilih untuk memberikan pinjaman dengan nilai yang lebih rendah untuk mendanai proyek pembangunan yang lebih kecil.
"China telah menyesuaikan strategi pinjamannya di Afrika dengan mempertimbangkan masalah ekonomi domestik China sendiri dan masalah utang Afrika," kata Analis Pusat Kebijakan Pembangunan Global Universitas Boston Lucas Engel.
"Strategi yang berfokus pada kehati-hatian dan penghindaran risiko ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa China dapat terus membantu Afrika dengan cara yang lebih berkelanjutan," katanya kepada AFP.
Menurut Engel, pinjaman infrastruktur dengan nilai besar yang kerap diberikan China kepada negara Afrika di masa lalu kini semakin jarang.
Dalam Forum China-Afrika pekan ini, Presiden China Xi Jinping berkomitmen untuk memberikan bantuan sebesar USD50 miliar selama tiga tahun ke depan. Lebih dari setengahnya akan diberikan dalam bentuk kredit. Xi tidak merinci bagaimana dana tersebut akan disalurkan.
Menurut data yang dikumpulkan Universitas Boston, China mengucurkan total USD4,6 miliar ke delapan negara Afrika dan dua lembaga keuangan regional tahun lalu. Berbeda dengan sebelumnya, lebih dari setengahnya diberikan kepada bank multilateral atau nasional, naik dari rata-rata lima persen padaperiode 2000-2022.
Meskipun pinjaman dari China ke Afrika tahun lalu adalah yang tertinggi sejak 2019, jumlahnya jauh lebih kecil dibandingkan masa sebelum pandemi.
"Dengan merangkul peminjam multilateral dengan peringkat kredit relatif tinggi, China menghindari peminjam individual yang lebih berisiko," kata Engel.
Menurut para peneliti Universitas Boston, China juga semakin memprioritaskan proyek-proyek yang lebih kecil, mulai dari ladang tenaga surya berukuran sedang di Burkina Faso hingga proyek pembangkit listrik tenaga air di Madagaskar dan infrastruktur internet di Angola.
"Ini tidak berarti bahwa Beijing secara permanen mengurangi investasi dan penyediaan pembiayaan pembangunannya ke benua itu", kata Direktur Program Afrika Carnegie Endowment for International Peace Zainab Usman.
"Arus pembiayaan pembangunan, terutama pinjaman, mulai rebound," kata Usman. (Wahyu Dwi Anggoro)