ECONOMICS

China Mulai Pertimbangkan Bebaskan Tarif untuk Beberapa Barang dari AS, Ini Penyebabnya

Ibnu Hariyanto 25/04/2025 13:49 WIB

Pemerintah China dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk membebaskan sebagian barang impor Amerika Serikat dari tarif tambahan sebesar 125 persen.

Pemerintah China dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk membebaskan sebagian barang impor AS dari tarif tambahan sebesar 125 persen. (Foto: BusinessStandard)

IDXChannel- Pemerintah China dilaporkan sedang mempertimbangkan untuk membebaskan sebagian barang impor Amerika Serikat dari tarif tambahan sebesar 125 persen. Sebab, China mulai kekhawatiran terhadap dampak ekonomi dari perang dagang tersebut.

Kabar ini dipertama kali dilaporkan oleh Bloomberg, sebagaimana dilansir dari Channel News Asia, Jumat (25/4/2025). Kabarnya China mulai merasakan tekanan dari perlambatan ekonomi dalam negeri.

Menurut sumber yang mengetahui masalah ini, Kementerian Perdagangan China telah membentuk gugus tugas untuk menyusun daftar produk yang berpotensi dibebaskan dari tarif. China juga meminta perusahaan-perusahaan untuk mengajukan daftar barang impor yang anggap layak menerima pengecualian. 

Langkah ini menunjukkan bahwa otoritas China mulai terbuka terhadap pelonggaran kebijakan perdagangan untuk meredam dampak negatif dari tensi dagang.

Kemudian berdasarkan laporan majalah keuangan China, Caijing melaporkan setidaknya ada delapan jenis barang terkait semikonduktor yang masuk pertimbangan. Sementara itu, ada beberapa daftar barang yang akan mendapat pengecualian tarif bocor ke publik.

Produk-produk itu meliputi vaksin, bahan kimia industri, hingga mesin jet. Meski begitu, otoritas China belum memberikan konfirmasi resmi terkait hal ini.

Jika kabar ini benar, maka sepertinya Amerika Serikat dan China mulai memperhitungkan dampak jangka panjang dari perang dagang terhadap ekonominya. 

Di sisi lain, ekonomi China masih menghadapi ancaman deflasi, lemahnya permintaan domestik, dan kepercayaan konsumen yang belum pulih sepenuhnya sejak pandemi. Pemerintah sebelumnya telah mendorong perusahaan untuk lebih fokus ke pasar dalam negeri, namun banyak perusahaan mengaku margin keuntungan lebih kecil dan pasar lokal tidak stabil.

(Ibnu Hariyanto)

SHARE