ECONOMICS

Data Inflasi AS akan Jadi Penentu Arah Kebijakan The Fed

Maulina Ulfa - Riset 13/06/2023 13:25 WIB

Data inflasi akan dirilis sebelum keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang pada Rabu (14/6/2023) waktu AS.

Data Inflasi AS akan Jadi Penentu Arah Kebijakan The Fed. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Data inflasi dan kenaikan suku bunga menjadi dua hal yang tak terpisahkan. Pada Selasa (13/6/2023), negeri Paman Sam Amerika Serikat (AS) tengah menanti data inflasi per Mei.

Berdasarkan analisis Trading Economics, tingkat inflasi tahunan di AS kemungkinan turun menjadi 4,1% pada Mei 2023, terendah sejak Maret 2021, dari 4,9% pada April dan 5% pada Maret. (Lihat grafik di bawah ini.)

 

Inflasi yang melandai ini diproyeksi karena didukung harga energi yang lebih rendah. Pada basis bulanan, consumer price index (CPI) diproyeksikan meningkat sebesar 0,2%, turun dari kenaikan 0,4% pada April.

Sementara itu, inflasi inti diperkirakan akan turun menjadi 5,3% dari sebelumnya 5,5%, dengan laju bulanan diproyeksikan tetap sebesar 0,4%, sama seperti pada April.

Menjadi Penentu Arah The Fed

Data inflasi ini akan dirilis sebelum keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang pada Rabu (14/6/2023) waktu AS dan diperkirakan akan mengumumkan kebijakan moneter selanjutnya.

Meskipun diprediksi melambat, namun kini pertanyaannya adalah apakah perlambatan itu akan cukup untuk meyakinkan pejabat The Fed bahwa mereka dapat berhenti menaikkan suku bunga dan membiarkan ekonomi AS bernapas untuk sementara waktu.

Angka-angka prediksi ini dapat mendorong pembuat kebijakan bahwa inflasi menuju ke arah yang benar, setelah mencapai puncaknya di atas 9% pada Juni 2022 lalu.

"Hal yang paling menggembirakan adalah tingkat pertumbuhan suku bunga dalam setahun akan turun cukup tajam. Angka inflasi utama akan menggembirakan dan menunjukkan inflasi bergerak ke arah yang benar,” kata Mark Zandi, kepala ekonom di Moody's Analytics.

Memang, inflasi telah mengalami penurunan jauh sejak mulai melonjak pada musim semi 2021.

Faktor-faktor terkait pandemi seperti rantai pasokan yang terhambat dan permintaan barang yang terlalu besar sempat mengirim inflasi ke level tertinggi sejak awal 1980-an.

Setelah satu tahun memaksakan inflasi tidak akan bertahan lama, The Fed pada Maret 2022 memulai serangkaian 10 kali kebijakan kenaikan suku bunga. Sejak saat itu, inflasi menurun secara bertahap, namun masih jauh dari target bank sentral sebesar 2%.

Para pembuat kebijakan FMOC untuk melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan minggu ini. Namun, mereka menunggu data inflasi untuk memutuskan lintasan kebijakan jangka panjang.

Akan ada beberapa variabel kunci yang harus diperhatikan dalam laporan inflasi Mei.

Satu di antaranya yang akan menjadi anomali yakni inflasi inti yang kemungkinan akan terlihat jauh lebih kuat daripada perkiraan.

Bagian lain dari laporan inflasi yang patut dicermati adalah harga kendaraan bekas, yang melonjak 4,4% secara month to month (mom) pada April dan diperkirakan akan tinggi lagi pada Mei.

Biaya sewa tempat tinggal juga mencapai sekitar sepertiga dari bobot inflasi namun The Fed memperkirakan akan turun di akhir tahun ini.

Ekonom juga memperkirakan harga tiket pesawat dan biaya penginapan akan pulih pada Mei.

“Inflasi cenderung menurun selama setahun terakhir. Jika tren ini berlanjut, The Fed dapat mengumumkan perlambatan suku bunga dan fokus pada sisi ketenagakerjaan. Namun, inflasi masih jauh di atas target [2%] The Fed, jadi pertanyaannya adalah apakah jalur penurunan berlanjut atau apakah kita telah mencapai puncak tertinggi," kata Dean Baker, salah satu pendiri Pusat Penelitian Ekonomi dan Kebijakan AS dikutip CNBC Internasional, Senin (12/6/2023).

Sementara ekspektasi pasar adalah agar The Fed melewatkan kenaikan suku bunga pada pertemuan Selasa-Rabu dan satu kenaikan terakhir pada Juli.

Laporan inflasi ditambah jeda satu bulan lagi sebelum pertemuan The Fed pada 25-26 Juli, dapat menentukan bagaimana pasar akan bersikap.

"Apakah akan terjadi soft landing atau tidak, sebagian besar bergantung pada bagaimana inflasi terjadi. Jika inflasi tetap tinggi, mereka hanya perlu menaikkan suku bunga lagi,” kata Bill English, mantan pejabat The Fed dan saat ini adalah profesor Keuangan di Yale School of Management. (ADF)

SHARE