Data Pekerja AS Kuat, The Fed Masih Bakal Hawkish?
Amerika Serikat (AS) baru saja merilis data tenaga kerja pada Jumat (2/12).
IDXChannel - Melansir data biro tenaga kerja Amerika Serikat (AS), jumlah pekerja di negeri Paman Sam bertambah 263 ribu pada bulan November. Angka ini mengindikasikan pertumbuhan pekerjaan dan ekonomi negeri Paman Sam yang kuat.
Perusahaan di AS setidaknya mempekerjakan 284 ribu posisi baru di bulan Oktober dan 269 ribu di September.
Data terbaru, pada November menunjukkan pasar tenaga kerja di AS tetap tangguh, meskipun suku bunga naik dan pengumuman serangkaian PHK di perusahaan teknologi dan real estat.
Angka tersebut juga mematahkan proyeksi pasar, yang memperkirakan AS akan menambah 200 ribu lapangan pekerjaan pada bulan November.
Di sisi lain, tingkat pengangguran juga tidak berubah alias stabil tetap berada di angka 3,7%, dan mendekati level terendah 50 tahun. (Lihat grafik di bawah ini.)
Pasar tenaga kerja ini juga seakan kebal dengan aksi hawkish The Federal Reserve (The Fed) yang telah mendorong kenaikan suku bunga terbesar dalam beberapa dekade terakhir untuk menjinakkan inflasi.
Merespons kondisi ini, Ketua The Fed, Jerome Powell, mengindikasikan bahwa pasar pekerja yang menguat dibarengi dengan kenaikan upah kemungkinan akan memicu lebih banyak kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.
Selain itu, pendapatan per jam rata-rata melampaui ekspektasi dan tumbuh 0,6% pada bulan tersebut, menambah ruang bank sentral untuk melawan inflasi.
Namun, imbal hasil obligasi AS ditetapkan untuk menutup minggu ini turun tajam setelah Ketua Fed Powell mengatakan bahwa mungkin tepat untuk memperlambat laju kenaikan suku bunga karena ada data baru-baru ini yang menunjukkan perlambatan ekonomi AS.
Dampaknya di Berbagai Sektor
Sejumlah dampak terlihat di pasar pasca pengumuman data tenaga kerja AS. Di antaranya adalah futures Wall Street, obligasi 10 tahun AS, hingga indeks dolar yang melandai.
Adapun futures AS mereda pada hari Senin karena pasar memasuki periode tenang menjelang pertemuan The Fed untuk bulan Desember. Sikap investor yang tenang ini disinyalir sembari menunggu lebih banyak data indikator untuk mengukur kesehatan ekonomi negeri Paman Sam.
Futures AS diperdagangkan dalam kisaran ketat selama transaksi di Minggu malam. Kinerja tiga indeks utama ini ditutup merosot yang dipicu oleh laporan tenaga kerja November yang lebih kuat dari perkiraan
Sebelumnya, futures AS mengalami kenaikan selama 4 minggu berturut-turut hampir mendekati level tertinggi dalam 8 bulan karena spekulasi kenaikan suku bunga yang lebih rendah dari The Fed.
Namun, pada 18:40 ET (23:40 GMT) Minggu, (4/12), Dow Jones Futures turun 0,1% sementara S&P 500 Futures dan Nasdaq 100 Futures masing-masing turun 0,2%.
Investor saat ini tengah menanti lebih banyak laporan ekonomi AS minggu ini termasuk aktivitas jasa, sentimen konsumen, dan data inflasi produsen, serta data inflasi konsumen minggu depan.
Adapun US Treasury 10-Year atau pasar obligasi 10-tahun AS naik di atas angka 3,6% akibat data laporan pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan pada 1 Desember lalu. Kondisi ini mendorong The Fed untuk melanjutkan pengetatan kebijakan moneter melalui suku bunga.
Tercatat obligasi 10 tahun naik 8,5 basis poin menjadi 3,612%, dari sebelumnya 3,527% pada Kamis malam (1/12). Adapun obligasi 30 tahun naik 2,2 basis poin menjadi 3,6548%, dari sebelumnya 3,633%.
Sementara, obligasi 2 tahun mengalami kenaikan terbesar yaitu naik 11,3 basis poin ke level 4,3669%, dibanding sebelumnya 4,254%.
Akibatnya, dolar juga melonjak akibat menguatnya data pekerja didukung kenaikan imbal hasil obligasi.
Indeks dolar naik 0,592% dan euro turun 0,66% menjadi 1,0453 per dolar setelah sebelumnya mencapai level tertinggi terhadap greenback sejak akhir Juni.
"Pasar tenaga kerja yang lebih kuat dari perkiraan dapat memberi The Fed lebih banyak waktu untuk tetap agresif. Dolar bergerak naik karena imbal hasil obligasi meningkat dan karena laporan pasar tenaga kerja menimbulkan keraguan pada soft landing," kata Joe Manimbo, analis pasar senior di Convera, Washington, dikutip Reuters (2/12).
Adapun Yen Jepang tercatat melemah 0,09% di level 135,45 per dolar, sementara poundsterling diperdagangkan terakhir di 1,2195 per dolar AS, turun 0,47% pada Jumat, (2/12).
Menurut beberapa analis, data tenaga kerja terbaru di bulan November dikhawatirkan akan memperkuat tekad bank sentral untuk terus menaikkan suku bunga.
“Meskipun sering terjadi PHK besar-besaran – terutama di bidang teknologi, namun kinerja sektor lain menunjukkan peningkatan. Sementara kami bersiap untuk penurunan (suku bunga), namun pasar tenaga kerja hampir tidak terdampak kenaikan suku bunga,” kata Becky Frankiewicz, presiden dan chief commercial officer ManpowerGroup
Ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga pada akhirnya akan mengurangi perekrutan, berpotensi menyebabkan resesi dan hilangnya pekerjaan di tahun depan. Namun, sejauh ini menunjukkan pasar tenaga kerja telah mengabaikan intervensi The Fed. (ADF)