Deretan Perusahaan Besar Mancanegara yang Lakukan PHK Karyawan
pelaku usaha mau tidak mau harus melakukan efisiensi, mulai dari pengurangan jam kerja hingga PHK.
IDXChannel - Badai pemutusan hubungan kerja (PHK) masih terus terjadi di sepanjang 2022. Opsi PHK terpaksa diambil sejumlah perusahaan lantaran keuntungan yang merosot seiring penurunan daya beli masyarakat, sebagai imbas dari persaingan bisnis dan juga pelemahan ekonomi global.
Dengan tren penurunan tersebut, pelaku usaha mau tidak mau harus melakukan efisiensi, mulai dari pengurangan jam kerja hingga PHK. Tekanan tersebut tak hanya berlaku untuk perusahaan domestik, namun juga perusahaan-perusahaan besar di luar negeri.
Berikut ini kami rangkum deretan perusahaan besar di luar negeri yang juga tak lepas dari tekanan kondisi ekonomi terkini, sehingga terpaksa melakukan PHK karyawan.
Meta
Meta memberhentikan lebih dari 11.000 pekerja atau 13% stafnya pada November 2022. PHK massal tersebut menjadi hal yang pertama dalam 18 tahun sejarah Meta. CEO Meta Mark Zuckerberg mengatakan, dilakukannya PHK karena terjadi penurunan ekonomi makro hingga meningkatnya persaingan bisnis.
Meta menikmati dorongan finansial yang cukup pesat ketika beberapa wilayah atau negara menerapkan penguncian wilayah. Hal itu membuat masyarakat mau tak mau tinggal di rumah serta menggunakan handphone dan komputer untuk berselancar di media sosial.
Namun, saat penguncian berakhir serta orang-orang sudah beraktivitas normal, pertumbuhan pendapatan Meta pun mulai goyah. Pada Oktober 2022, Meta melaporkan terjadi penurunan tajam dan nilai saham Meta turun 20% pada kuartal ketiga.
Dalam suratnya, Zuckerberg mengatakan bahwa Meta melakukan pengurangan karyawan pada semua bisnisnya, seperti Facebook, Instagram, hingga Whatsapp. Selain itu, perusahaan berencana untuk mempekerjakan lebih sedikit orang pada 2023. Meta juga memperpanjang pembekuan perekrutan hingga kuartal pertama 2023, dengan beberapa pengecualian.
Amazon
Amazon mengonfirmasi mulai melakukan PHK, pada Rabu (16/11/2022). Diketahui, perusahaan raksasa e-commerce ini memangkas 10.000 karyawan. PHK tersebut menjadi yang terbesar dalam sejarah perusahaan. PHK berfokus pada organisasi perangkat Amazon, termasuk voice assistant Alexa, divisi ritel hingga SDM (sumber daya manusia).
Pemangkasan ini terjadi pada musim liburan, ketika biasanya perusahaan melayani lonjakan permintaan. Hal tersebut menjadi pertanda seberapa cepat ekonomi global menekan bisnis yang kelebihan staf atau kekurangan pengiriman selama bertahun-tahun.
Di era pandemi, Amazon meraup keuntungan. Penyebabnya antara lain karena masyarakat berbondong-bondong untuk belanja online serta perusahaan berpindah menggunakan layanan cloud computing. Selain itu, Amazon menggandakan tenaga kerjanya selama dua tahun terakhir. Namun, pertumbuhan Amazon melambat ke titik terendah dalam dua dekade, di mana pandemi Covid-19 mulai mereda.
Electrolux
Electrolux, produsen peralatan rumah tangga Swedia, melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 4.000 karyawannya pada Oktober 2022. PHK tersebut merupakan bagian dari program restrukturisasi karena perusahaan melaporkan kerugian yang besar pada kuartal ketiga.
Selain itu, perusahaan melaporkan kerugian besar terjadi di Amerika Utara disebabkan permintaan yang melambat. Chief Executive Electrolux Jonas Samuelson mengatakan, permintaaan pasar di Amerika Utara dan Eropa untuk setahun ke depan diperkirakan akan memburuk, yaitu menjadi negatif dari tahun ke tahun.
Diketahui, Electrolux mengalami kerugian operasional sebesar 385 juta krona Swedia pada kuartal ketiga. Sementara kerugian di Amerika Utara mencapai 1,2 miliar krona Swedia.
Philips
Philips memangkas 4.000 karyawan pada Oktober 2022. Hal ini menyusul penurunan penjualan yang dialami perusahaan.
“Kami sekarang mengalami penurunan penjualan selama lima kuartal, keuntungan menurun dan sekarang (pada kuartal ketiga) kami juga merugi,” ujar Chief Executive Officer Philips, Roy Jakobs, dalam keterangan resminya.
Jakobs juga mengatakan, PHK yang terkonsentrasi di Amerika Serikat dan Belanda mempengaruhi lini bisnis ini sebagai hal yang disayangkan, namun perlu untuk dilakukan. Tercatat, Philips mempekerjakan 78.000 karyawan di seluruh dunia, di mana lima persen di antaranya terkena PHK.
Philips mengatakan, pihaknya memperkirakan reorganisasi menelan biaya sekitar 300 juta euro pada kuartal mendatang.
Seagate Technology
Seagate Technology, perusahaan pembuat hard disk, memangkas delapan persen dari tenaga kerja globalnya atau sekitar 3.000 karyawan pada Oktober 2022. Hal tersebut dilakukan karena ketidakpastian ekonomi serta penurunan permintaan suku cadang.
Rencana restrukturisasi diumumkan usai perusahaan ini melaporkan pendapatan fiskal kuartal pertama yang meleset dari ekspektasi Wall Street untuk pendapatan serta laba per saham. Pada Rabu (26/10/2022), saham perdagangan turun lebih dari tujuh persen dan turun lebih dari 55 persen pada 2022.
PHK yang dilakukan Seagate merupakan tanda terbaru bahwa permintaan untuk PC serta server cloud memburuk setelah dua tahun pandemi Covid-19. Pihak Seagate mengatakan, rencana restrukturisasinya yang mencakup PHK akan menghemat sekitar USD110 juta per tahun. (TSA)