ECONOMICS

Digempur e-Commerce, Begini Nasib Pilu UMKM RI

Muhammad Farhan 12/06/2024 14:23 WIB

Asosiasi Independen UMKM Indonesia atau AKUMANDIRI memaparkan kondisi sektor UMKM saat ini. UMKM Indonesia dinilai masih sangat memprihatinkan.

Digempur e-Commerce, Begini Nasib Pilu UMKM RI (foto mnc media)

IDXChannel - Asosiasi Independen UMKM Indonesia atau AKUMANDIRI memaparkan kondisi sektor UMKM saat ini. UMKM Indonesia dinilai masih sangat memprihatinkan.

Ketua Umum AKUMANDIRI, Hermawati Setyorinny menilai, aplikasi platform digital asal China yang dikhawatirkan Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki justru menambah parah persaingan yang sebelumnya sudah membebani UMKM.

"Kondisi UMKM saat ini mungkin posisinya di tepi jurang lah ya. Dari kinerjanya pemerintah, menurut saya, UMKM sekarang itu stagnan saja malahan," ujar Hermawati melalui dialog di IDX Channel, Rabu (12/6/2024).

Hermawati menjelaskan, aplikasi e-commerce yang sudah jauh ada di Indonesia sebelumnya, tidak juga memberikan dampak positif kepada UMKM. Platform digital e-commerce dipandang hanya memudahkan para importir untuk penetrasi pasar Indonesia.

"Kondisi aplikasi e-commerce yang ada sebelumnya juga tidak memberikan dampak yang bagus kepada UMKM, tapi dampak positifnya itu kepada importir atau pengguna yang tidak aware dengan produk UMKM," papar Hermawati.

Lebih lanjut, Hermawati menambahkan, persaingan harga di e-commerce terhadap UMKM sudah berlangsung tidak seimbang. Dia pun berharap agar pemerintah secara bijak membuat aturan perlindungan kepada UMKM secara sungguh-sungguh.

"Kalau UMKM di saat sekarang sudah prihatin karena harga barang naik, persaingan dengan e-commerce yang sulit bersaing secara harga. Jadi pemerintah harus bersungguh-sungguh membuat aturan perlindungan kepada UMKM," terang Hermawati.

Diketahui, platform e-commerce asal China yang dikhawatirkan Menteri Teten sudah masuk ke 58 negara di dunia ini memiliki sistem cross border, dan menghubungkan antara konsumen secara langsung dengan produsen yang terdiri dari puluhan pabrik di China. 

Dengan demikian, produk yang ditawarkan dalam platform tersebut bisa langsung dipesan dan dikirim ke seluruh konsumen di dunia, termasuk Indonesia tanpa melalui distributor, afiliator, atau pihak ketiga lainnya.

Pada 2023, Teten sudah menuturkan untuk meminta warga Indonesia agar mewaspadai aplikasi belanja baru dari China, Temu.

Aplikasi itu diduga mulai merambah Indonesia. Kewaspadaan ini dilakukan karena dikhawatirkan mengganggu pasar produk lokal hingga berdampak terhadap sektor tenaga kerja.

"Itu kan pasti akan menghilangkan banyak rantai distribusi, akan banyak kehilangan lapangan kerja termasuk juga produknya akan lebih efisien sehingga produk kita tidak mungkin bisa bersaing," kata Teten, Selasa (21/11/2023).

Teten menambahkan, kanal lapak digital itu langsung memasok produk kebutuhan sehari-hari atau consumer goods yang terhubung dengan 25 pabrik di China langsung ke konsumen.

"Sehingga harga produk dalam negeri kalah bersaing dengan produk luar," ujarnya. 

(FAY)

SHARE