ECONOMICS

Diprediksi Ekonominya Jatuh, Rusia Masih Mampu Bertahan Berkat Ekspor Energi 

Nia Deviyana 23/02/2023 12:16 WIB

Rusia sendiri hanya mengalami penurunan ekonomi sebesar 2,1% pada 2022, menurut Badan Statistik Negara tersebut.

Diprediksi Ekonominya Jatuh, Rusia Masih Mampu Bertahan Berkat Ekspor Energi. Foto: MNC Media.

IDXChannel - Invasi Rusia-Ukraina berdampak serius bagi perekonomian global. Namun, Rusia sendiri hanya mengalami penurunan ekonomi sebesar 2,1% pada 2022, menurut Badan Statistik Negara tersebut.

Sebelumnya, Pemerintah Rusia memperkirakan penyusutan ekonomi akan terjadi sebesar 0,8%, tetapi International Monetary Fund (IMF) memperkirakan akan tumbuh sebesar 0,3%, sebagian karena kekuatan ekspornya.

Melansir BBC, Kamis (23/2/2023) ratusan perusahaan Barat mundur dari Rusia setelah invasinya ke Ukraina. Guncangan awal memaksa saham pasar di Rusia tutup sementara dan rubel jatuh. 

Hal ini dimanfaatkan para pengusaha lokal yang dengan sigap mengambil alih. 

Hampir sepanjang 2022, Rusia dapat terus mengekspor energi. Batasan barat untuk energi ekspor hanya diterapkan secara bertahap sepanjang tahun.

BBC melaporkan, naiknya harga global untuk minyak, gas, produk minyak bumi, dan ekspor Rusia lainnya, termasuk makanan dan pupuk, membantu meningkatkan pendapatan ekspor Rusia. 

Memproduksi peralatan untuk angkatan bersenjata Rusia juga membuat pabrik-pabrik negara itu sibuk, meningkatkan ekonomi dengan membuat senjata. Keamanan militer dan administrasi publik meningkat sebesar 4,1% tahun lalu.

Meskipun manufaktur dan perdagangan ritel adalah beberapa sektor yang mengalami penurunan pada 2022, pertanian, konstruksi, dan perhotelan semuanya tumbuh, menurut layanan statistik federal Rusia.

Hal ini berdampak pada tingginya skor surplus neraca berjalan Rusia pada 2022. 

Namun, pada 2023, Moskow dihadapkan dengan pendapatan ekspor yang turun tajam, yakni 35,1% pada Januari. Hal ini sebagian karena pembatasan harga dan embargo produk minyak dan gas Rusia.

“Pengurangan yang signifikan surplus neraca barang dan jasa sebagai akibat dari penurunan volume biaya ekspor barang menjadi peran yang menentukan," kata bank sentral negara tersebut. 

Reuters melaporkan, hal ini menyebabkan volume ekspor lebih rendah dan membuat surplus neraca berjalan menyusut 58% menjadi USD8 miliar pada Januari. (NIA)

Penulis: Anabela C Zahwa

SHARE