ECONOMICS

Ditopang Cukai Rokok, Penerimaan Bea Cukai Sentuh Rp154 Triliun hingga Juli 2024

Anggie Ariesta 13/08/2024 18:02 WIB

Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Juli 2024 mencapai Rp154,4 triliun

Kementerian Keuangan mencatat realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Juli 2024 mencapai Rp154,4 triliun. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengumumkan realisasi penerimaan kepabeanan dan cukai hingga Juli 2024 mencapai Rp154,4 triliun tumbuh 3,1 persen secara tahunan. Penerimaan ini ditopang oleh cukai hasil tembakau atau rokok yang mencapai Rp111,3 triliun.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, realisasi penerimaan bea dan cukai tersebut setara 48,1 persen dari target yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang sebesar Rp321 triliun. Dia mengatakan, penerimaan cukai yang terkontraksi kini sudah positif menjadi Rp116,1 triliun.

"Untuk cukai ada sedikit (tumbuh) positif sesudah mengalami negative growth terus, karena kita memang menaikkan cukai itu adalah untuk mendukung penurunan produksi rokok," katanya saat konferensi pers di Jakarta, Selasa (13/8/2024).

Sri Mulyani menyebut, penerimaan cukai tumbuh 0,1 persen menjadi Rp111,3 triliun. Kenaikan ini terutama ditopang dari pita cukai untuk rokok golongan II dan golongan III.

Sementara penerimaan cukai dari minuman yang mengandung etil alkohol (MMEA) berkontribusi Rp4,6 triliun, tumbuh 10,6 persen. Kemudian, penerimaan cukai etil alkohol (EA) sebesar Rp80,4 miliar, tumbuh 21,8 persen sejalan dengan kenaikan produksi.

Untuk kepabeanan, Sri Mulyani menyebut, negara mendapatkan sekitar Rp38 triliun yang disumbang oleh bea masuk Rp29 triliun dan bea keluar Rp9 triliun. Untuk bea masuk, penerimaan tumbuh 2,1 persen yang dipengaruhi kenaikan impor sebesar 2,5 persen meskipun tarif efektif menurun. 

Untuk bea keluar, tercatat penerimaan sebesar Rp9,3 triliun atau tumbuh 58,1 persen. Hal ini didorong oleh penerimaan dari bea keluar tembaga yang tumbuh 9,28 persen dengan porsi 76,5 persen seiring relaksasi ekspor komoditas tembaga.

Sementara itu, penerimaan bea keluar produk minyak kelapa sawit (crude palm oil atau CPO) turun 60 persen yang dipengaruhi oleh penurunan volume dan harga CPO. Kemenkeu mencatat, penurunan rata-rata harga CPO hingga Juli 2024 mencapai 5,91 persen dan volume ekspor produk sawit juga turun 15,4 persen dari 24,01 juta ton menjadi 20,29 juta ton. 

(Rahmat Fiansyah)

SHARE