Diumumkan Malam Nanti, Simak Sejarah Pengaruh Inflasi AS terhadap RI
AS pernah mengalami krisis ekonomi pada 2008, tetapi berdampak relatif minim terhadap Indonesia. Bagaimana dengan dampak inflasi tinggi AS pada tahun ini?
IDXChannel - Dunia selalu memantau dampak inflasi Amerika Serikat (AS) terhadap perekonomian. Bagi Indonesia, kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika bisa memberi dampak signifikan terhadapa perekonomian Tanah Air.
Menurut Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira, dampak inflasi AS 9,1 persen per Juni 2022 perlu diwaspadai bagi perekonomian Indonesia. Bhima mengatakan, hal ini lantaran terdapat dampak pada dua jalur transmisi.
Pertama, yakni jalur moneter di mana inflasi yang tinggi akan menciptakan tingkat suku bunga tinggi pula.
Kedua, dampaknya terhadap jalur perdagangan. Jika inflasi AS naik, kinerja ekspor tujuan AS dapat terganggu. Sebaliknya jika konsumsi rumah tangga di AS menurun, dapat mempengaruhi permintaan barang dari Indonesia.
Dalam hal ini, sejumlah peristiwa dalam negeri maupun peristiwa global bisa sangat memengaruhi perilaku bank sentral AS, The Fed, dalam kebijakan suku bunganya.
Momen Penting Suku Bunga The Fed
Pasca tahun 2000-an, AS sempat mematok suku bunga terendah hingga suku bunga tertinggi.
Mengutip The Balance, dalam krisis keuangan AS 2008, The Fed menurunkan suku bunga ke tingkat terendah sepanjang sejarah ke kisaran 0,0 persen hingga 0,25 persen. Bahkan The Fed tidak menerbitkan kebijakan kenaikan suku bunga hingga Desember 2015.
Tingkat suku bunga terendah sebelum 2008 berada di kisaran 0,75 persen hingga 1,0 persen pada tahun 2003. Hal ini dilakukan dalam upaya memerangi resesi tahun 2001.
Kali kedua adalah pada Maret 2020, sebagai respons atas krisis kesehatan global pandemi Covid-19. Namun, dalam upaya untuk menahan inflasi yang tinggi, The Fed mulai menaikkan suku bunga pada Maret 2022. Adapun inflasi AS sempat menembus laju tertinggi sepanjang 2022 hingga 9,1 persen pada Juni.
Sementara kebijakan suku bunga tertinggi pada tahun 1980 sebesar 20 persen untuk memerangi inflasi dua digit di tahun tersebut.
Inflasi mulai meroket sejak Maret 1973 ketika Presiden Richard Nixon melepaskan dolar dari standar emas. Inflasi meningkat dari 4,7 persen menjadi 12,3 persen pada bulan Desember 1974. The Fed menaikkan suku bunga dari 7 persen pada bulan Maret menjadi 11 persen pada bulan Agustus.
Inflasi terus bertahan dua digit hingga April 1975. The Fed menaikkan suku bunga acuan menjadi 16 persen pada Maret 1975. Hal ini berdampak pada memburuknya resesi hingga 1975. Kemudian The Fed berbalik arah, secara dramatis menurunkan suku bunga menjadi 5,25 persen pada April 1975.
Perubahan mendadak ini adalah bagian dari kebijakan moneter "stop-go". Kebijakan The Fed dirasa tidak cukup bertahan untuk mengakhiri inflasi atau memacu pertumbuhan ekonomi.
Berdasarkan analisis The Balance, para pemimpin The Fed belajar bahwa mengelola ekspektasi inflasi merupakan faktor penting dalam mengendalikan inflasi itu sendiri. Ketua The Fed saat itu, Paul Volcker, mengakhiri kebijakan stop-go ini pada tahun 1979.
Dampak bagi Indonesia 2008 vs 2022
Kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika sedikit banyak selalu berdampak bagi Indonesia. Jika melihat ke belakang, di saat krisis ekonomi AS 2008, juga berdampak pada kondisi inflasi di Indonesia.
Pada September 2008, inflasi bulanan mencapai angka 12,14, tertinggi sepanjang tahun. Dibandingkan dengan 2022, tingkat inflasi Indonesia masih terbilang lebih rendah dibanding kondisi tahun 2008.
Mengutip BI, imbas krisis mulai terasa terutama menjelang akhir 2008 di Indonesia. Setelah mencatat pertumbuhan ekonomi di atas 6 persen sampai dengan triwulan III-2008, perekonomian Indonesia mulai mendapat tekanan berat pada triwulan IV-2008.
Hal itu tercermin pada perlambatan ekonomi secara signifikan terutama karena anjloknya kinerja ekspor. Di sisi eksternal, neraca pembayaran Indonesia mengalami peningkatan defisit dan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan.
Di pasar keuangan, selisih risiko (risk spread) dari surat-surat berharga Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang mendorong arus modal keluar dari investasi asing di bursa saham, Surat Utang Negara (SUN), dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI).
Meski demikian, posisi Indonesia sendiri secara umum bukanlah yang terburuk di antara negara-negara lain. Perekonomian Indonesia masih dapat tumbuh sebesar 6,1 persen pada 2008. Sementara kondisi fundamental dari sektor eksternal, fiskal dan industri perbankan juga cukup kuat untuk menahan terpaan krisis global.
Jika melihat kondisi saat ini, tingkat inflasi tahunan di AS melambat menjadi 8,5 persen per Juli 2022, setelah sebelumnya berada di rate tertinggi, 9,1 persen di bulan sebelumnya. Dalam merespons kondisi ini, The Fed juga menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali dengan total 225 basis poin menjadi 2,25 persen hingga 2,5 persen.
Suku Bunga The Fed Sepanjang 2022
Sumber: Tradingeconomics
Inflasi tinggi umumnya diikuti oleh rezim suku bunga tinggi. Untuk itu BI juga ikut menaikkan suku bunga acuan di level 3,75 persen di Tanah Air. Di Indonesia, tekanan inflasi meningkat terutama karena tingginya harga komoditas pangan dan energi global.
Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) dalam negeri per Juli 2022 tercatat sebesar 4,94 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 4,35 persen (yoy). Kondisi ini harus tetap diwaspadai, terutama dampaknya bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun depan.
Informasi saja, Biro Statistik Ketenagakerjaan AS akan merilis data inflasi AS per Agustus 2022 pada Selasa (13/9) malam waktu Indonesia. (ADF)